MAKALAH
INTI
ATOM DAN RADIOAKTIVITAS MISKONSEPSINYA PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SEKOLAH
MENENGAH ATAS
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Pendalaman
Fisika Sekolah II
Dosen
Pengampu:
Dr. Adam Malik,M.Pd
Dindin Nasrudin, M.Pd.
Oleh:
Ruby Noorshifa
Romadhona 1162070061
Yogi Falahudin 1162070076
KELOMPOK 12
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, tak lupa kepada keluarganya, para sahabatnya
dan juga kita semua selaku umatnya hingga akhir zaman, amin.
Makalah tentang Inti Atom dan Radioaktivitas beserta miskonsepsinya pada pembelajaran fisika di
sekolah menengah atas telah
kami susun dengan semaksimal mungkin, meskipun pada hakikatnya makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, namun kami sangat berterimakasih kepada
pihak-pihak yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Kami sadar bahwa
penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan, oleh karena itu kritik dan
saran dari pihak pembaca sangat kami harapkan. Akhir kata kami ucapkan
terimakasih.
.
Bandung, Mei 2018
Tim Penyusun
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika inti berpusat pada dua
permasalahan utama. Pertama, upaya untuk memahami sifat-sifat gaya yang bekerja
pada inti. Kedua, upaya untuk menggambarkan perilaku sistem banyak zarah
seperti pada inti atom. Pada kasus fisika inti deskripsi pendekatan yang
digunakan untuk menjelaskan gejala-gejala pada inti dikenal sebagai model. Terdapat
banyak kemiripan antra struktur inti dengan struktur atom, sehingga kia
mendapatkan kemudahan dalam mempelajari sifat-sifat inti. Inti atom mengikuti
hukum-hukum fisika kuantum. Inti atom juga memilki keadaan dasar dan keadaan
tereksitasi serta terjadi pancaran foton berupa sinar gamma jika transisi
antara keadaan-keadaan tereksitasi (Wiyatmo, 2012).
Ada dua perbedaan utama dalam
mengkaji sifat-sifat atom dan into. Dalam fisika atom, electron-elektron
mengalami gaya yang diberikan oleh inti. Dalam fisika inti tidak terdapat gaya
luar seperti itu. Gerak zarah-zarah penyusun inti terjadi karena pengaruh gaya
yang diberikan oleh zarah-zarah itu sendiri. Interaksi antara electron-elektron
mempunyai pengaruh kecil terhadap tingkat energi atomic, sebagian struktur atom
di tentukan oelh interaksi antara electron dengan inti, sehingga pengaruh
electron lain dipandang sebagai gangguan kecil. Dalam fisika inti interaksi
antara zarah-zarah penyusunnya memberikan gaya inti, sehingga kita tidak dapat
menjelaskan masalah sistem banyak benda sebagai gangguan (perbutasi) (Wiyatmo, 2012).
Fisika inti berkaitan dengan fisika
nuklir, salah satu gejala yang sangat penting dalam fisika nuklir adalah
terkait dengan radioaktivitas. Meskipun nuklida-nuklida diikat oleh gaya nuklir
yang cukup kuat, banyak nuklida yang tidak mantap secara spontan melruh menjadi
nuklida lain melalui pemancaran zarah, alfa, beta dan gamma. Sebuah nuklida
radioaktif dapat mengalami sederetan rangkaian peluruhan menuju konfigurasi
inti yang stabil. Peristiwa Radioaktivitas merupakan peristiwa yang sering kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari, namun banyak orang bahkan dikalangan siswa yang
masih mengalami miskonsepsi tentang peristiwa Radioaktivitas. Oleh karena itu,
pada makalah ini akan dibahas mengenai Inti Atom dan Radioaktivitas beserta
segala miskonsepsi yang ada padanya pada suatu pembelajaran fisika di sekolah
menengah atas.
B. Rumusan Masalah
Beradasarkan yang telah dikemukakan
diatas, maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1.
Bagaimana konsep inti atom?
2.
Bagaimana konsep struktur dan lambang inti?
3.
Bagaimana konsep massa defek dan energi ikat inti?
4.
Bagaimana konsep radioaktivitas?
5.
Bagaimana cara menghitung peluruhan inti?
6.
Bagaimana manfaat radioaktivitas dalam kehidupan
sehari-hari?
7.
Bagaimana dampak radioaktivitas dalam kehidupan
sehari-hari?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka
tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1.
Untuk mengidentifikasi konsep inti atom
2.
Untuk mengidentifikasi konsep struktur dan lambang inti
3.
Untuk mengkaji konsep massa defek dan energi ikat inti
4.
Untuk mengkaji konsep radioaktivitas
5.
Untuk memahami cara menghitung peluruhan inti
6.
Untuk mengidentifikasi manfaat radioaktivitas dalam
kehidupan sehari-hari
7.
Untuk mengidentifikasi dampak radioaktivitas dalam
kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Inti
Pada tahun-tahun
pertama abad keduapuluh, tidak banyak yang diketahui mengenai struktur atom
selain fakta bahwa atom berisi ditemukan oleh J.J. Thompson pada
tahun 1897, dan massanya tidak
diketahui pada saat itu. Jadi, tidaklah mungkin bahkan untuk menyebutkan berapa banyak elektro
bermuatan negatif yang ada dalam suatu atom tertentu. Ilmuwan beralasan bahwa karena atom-atom secara listrik adalah netral, atom-atom tersebut pastilah juga berisi
suatu muatan positif, namun
tidak ada seorang pun yang mengetahui seperti
apa bentuk muatan positif tersebut (Halliday, Resnick, & Walker, 2010).
Pada 1911, Ernest
Rutherford mengusulkan bahwa muatan positif atom terkonsentrasi rapat pada pusat atom, membentuk inti (nukleus), dan, selanjutnya bahwa massa atom hampir seluruhnya pada intinya. Usulan Rutherford bukan hanya dugaan saja, tetapi dilandasi oleh
hasil percobaan yang dianjurkan olehnya dan
dilakukan oleh rekan, Hans
Geiger (penemu pencacah Geiger) dan Emest Marsden, mahasiswa berumur 20 tahun yang
belum lulus sarjana (Halliday, Resnick, & Walker, 2010).
Pada masa Rutherford,
diketahui bahwa unsur-unsur
tertentu, disebut Radioaktif, bertransformasi
menjadi unsur lainnya secara spontan, memancarkan partikel dalam
prosesnya. Salah
satunya adalah unsur radon, yang memancarkan
partikel alfa (α) yang
mempunyai energi sekitar 5.5
MeV. Partikel-partikel ini sekarang
diketahui sebagai inti
helium.
Ide Rutherford adalah
menembakkan partikel alfa energetik pada sebuah lempeng target tipi dan
mengamati arah pembelokan ketika melewati lempengan. Partikel alfa, yang
sekitar 7300 kali lebih masif daripada
elektron, mempunyai muatan +2e.
Mengapa Rutherfors sangat terkejut? Hal tersebut terjadi karena pada waktu percobaan tersebut dilakukan, sebagian
besar fisikawan masih percaya bahwa atom mirip puding buah ceri, yang diajukan
J.J. Thomson. pada pandangan seperti
ini, muatan positif atom diperkirakan tersebar secara merata pada atom. Elektron-elektror (“buah ceri”) dianggap bervibrasi terhadap titik-titik tetap di
dalam bola muatan positif ini (“puding”) (Halliday, Resnick, & Walker, 2010).
Gaya pembelokan maksimum yang dapat bekerja pada partikel alia ketika ia melewati bola muatan positif yang begitu besar tentu akan
terlampau kecil untuk membelokkan
partikel alfa bahkan sebesar 1°. (Pembelokan
yang diharapkan telah dibandingkan
dengan yang akan Anda amati jika Anda menembakkan sebutir peluru ke sekarung bola salju). Elektron-elektron di dalam atom juga akan berpengaruh sedikit terhadap partkel alta yang
energenik dan masif. Mereka akan, pada
faktanya, membuat diri mereka sendiri terbelok dengan kuat bagaikan
segerombolan lalat yang beterbangan
ke segala arah apabila sebuah batu dilemparkan ke mereka. Rutherford
melihat bahwa, untuk
membelokkan partikel alfa ke arah sebaliknya. haruslah ada gaya yang sangat kuat, gaya ini dapat disediakan apabila muatan positif, alih-alih tersebar merata di dalam atom, terkonsentrasi pada
pusat atom tersebut. Maka, partikel alfa yang datang dapat
sangat dekat ke muatan
positit tanpa menembusya. Keadaan seperti itu akan menghasilkan
gaya pembelokan yang kuat
Gbr. 42-3 Besar sudut pembelokan partikel alfa
bergantung pada seberapa dekat partikel terhadap inti atom. Partikel alfa akan
dibelokkan dengan sudut yang sangat besar apabila partikel alfa berada sangat
dekat dengan inti (Halliday, Resnick, & Walker, 2010).
Gambar 42-3 menunjukkan jalur-jalur yang mungkin ditempuh oleh partikel alfa ketika partikel-partikel tersebut melewati atom pada
lempengan target. Seperti yang
kita lihat, sebagian besar tidak dibelokkan ataupun pembelokannya sangat kecil, tetapi sebagian kecil (yang melewati sangat dekat dengan inti) dibelokkan dengan sudut yang sangat besar. Dari analisis data, Rutherford menyimpulkan bahwa jari-jari inti pastilah lebih kecil
dibandingkan dengan jari-jari atom dengan perbandingan 104. Dengan kata lain, sebagian besar
ruangg dalam atom adalah kosong (Halliday, Resnick, & Walker, 2010).
B. Struktur Inti
Bohr berhasil menjelaskan bahwa atom
dalam keadaan stabil dan spektrum yang dipancarkan atom hydrogen adalah
diskrit. Model tersebut telah meletakkan dasar bahwa atom tersusun oleh inti
atom yang bermuatan positif dan electron yang bermuatan negative. Muatan
positifnya kemudian disebut proton (Saripudin, K, & Suganda, 2009).
Beberapa hasil eksperimen
menunjukkan bahwa proton bukanlah satu-satunya partikel penyusun inti. Atom
terdiri atas inti atom dan elektron. Inti atom mengandung lebih
dari 99,9% massa atom, meskipun ukurannya sangat kecil bila dibandingkan dengan
diameter atom. (Zaelani, et al., 2013). James Chadwick
(1891-1974) menemukan neutron sebagai penyusun inti selain proton. Kedua partikel
penyusun inti ini disebut nucleon (Saripudin, K, & Suganda, 2009).
Neutron adalah partikel netral yang
massanya hampir sama dengan proton. Massa proton dan neutron masing-masing
adalah mp = 1,6726 x 10-27
dan mn = 1,6749 x 10-27
Kg. jika dibandingkan dengan massa electron me = 9,11 x 10-21 kg, massa proton dan
neutron kira-kira 1.836 kalinya. Oleh karena itu, sesuai dengan model atom
Rutherford, massa atom berpusat pada inti atom (Saripudin, K, & Suganda, 2009). Nukleus tersusun
dari dua jenis partikel, yaitu proton yang bermuatan positif dan nuetron yang
netral, yang ketika berkumpul bersama disebut nucleon
Dari seluruh unsur yang ada di alam,
hydrogen adalah unsur yang struktur intinya paling sederhana. Inti atom
hydrogen hanya terdiri atas sebuah proton. Inti-inti unsur lain tersusun oleh
sejumlah proton dan neutron. Jumlah proton dan neutron didalamnya. Suatu unsur
X yang memiliki Z proton dan A nucleon (jumlah proton dan neutron) (Saripudin, K, & Suganda, 2009).
dimana X adalah nama unsur, Z adalah nomor atom
(jumlah proton) dan A adalah nomor massa atom (jumlah proton dan neutron) (Saripudin, K, & Suganda, 2009).
C. Massa Defek dan Energi Ikat Inti
Selain dinyatakan dalam satuan kilogram,
massa inti juga dinyatakan dalam satuan massa atom (sma). Pada satuan ini, 1
sma tepat sama dengan 1/12 kali massa atom karbon
. Massa inti atom karbon tepat sama
dengan 12.000000 sma. Hubungan antara satuan sma dan satuan kilogram adalah 1
sma = 1.66 x 10-27 kg. massa inti juga sering disetarakan dengan
satuan energi dalam eV (electron Volt(, yakni 1 sma = 931,5 MeV (Megaelektron
volt) (Saripudin, K, & Suganda, 2009).
Oleh karena inti tersusun oleh proton
dan neutron, massa inti harusnya tepat sama dengan jumlah massa ptoron dan
massa neutron (massa nucleon). Akan tetapi kenyataannya tidaklah demikian.
Massa inti selalu lebih kecil daripada massa nucleon. Selisih antara massa
nucleon dan massa inti disebut massa defek. Massa defek ini berubah menjadi
energi yang mengikat inti, yakni energi
ikat inti (Saripudin, K, & Suganda, 2009).
Dalam buku (Kusminarto, 2011) Energi ikat inti
menyebabkan proton dan neutron tetap berada dalam inti atom. Terjadinya energi
ikat ini dikarenakan massa pada inti menyusut sehingga menjadi lenoh kecil dari
massa proton dana neutron yang membentuk inti atom tersebut. Penyusutan massa
inti dinamakan defek massa (
yang dirumuskan:
Ditemukan
bahwa massa diam suatu nukleus stabil lebih kecil daripada jumlah aljabar massa
diam nukleon-nukleon unsur pembentuknya. Penyusutan massa terjadi karena energi
negatif diperlukan untuk memegang nukleon-nukleon agar tetap menyatu di dalam
nukleus. Total energi ikat inti (nuklir), Ei, diberikan oleh selisih
antar energi diam nukleon-nukleon unsur dengan energi diam nukleus akhir:
dengan;
Ei
energi ikat
inti
= defek massa
= massa inti
(sma)
= massa proton = 1,0078 sma
= massa neutron = 1,0087 sma
=
kecepatan cahaya (3.108 m/s)
Dalam buku (Saripudin, K, & Suganda, 2009) dengan mp, mn, dan mi masing-masing adalah massa diam proton,
neutron dan inti (nuklir). Model “tetesan cairan” dapat digunakan untuk
menghitung energi-energi ikat nukleus stabil.
Jika
massa proton mp dan massa
neutron mn, jumlah
total massa proton dan neutron (massa nucleon) adalah Zmp + (A – Z) mn. jika massa inti m,
massa defeknya adalah
∆m = Z
mp + (A – Z) mn – m ………………… (1)
Dengan demikian energi ikat inti
adalah
E = ∆mc2
……………………………………(2)
dengan ∆m dalam satuan kg, c = 3.0 x 108 m/s, dan E dalam satuan
joule (J). Jika ∆m dinyatakan dalam
satuan sma, energi ikat inti memenuhi persamaan berikut.
E = ∆m931,5
MeV…………………………...(3)
Energi ikat inti berkaitan dengan jumlah energi yang diberikan untuk
memecahkan inti menjadi proton dan neutron pembentuknya. Agar inti stabil,
massa inti harus lebih kecil daripada massa nucleon sehingga diperlukan energi
untuk memecahkannya (Saripudin, K, & Suganda, 2009).
Adakalanya energi ikat dinyatakan untuk setiap nucleon. Energi ikat
rata-rata setiap nucleon adalah energi ikat inti dibagi oleh nomor massa,
yakni:
E0 =
………………………………………(4)
dengan
E0 = energi ikat rata-rata setiap nucleon (Saripudin, K, & Suganda, 2009).
Dalam buku (Wiyatmo, FISIKA NUKLIR, 2012) Deutrum merupakan
isotop hidrogen
memiliki neutron dan proton di dalam intinya.
Massa atom deutrium massa atom hidrogen ditambah degann massa neutron, yaitu
Massa atom
:1,0078 u
Massa Neutron (n) :
1,0087 u+
Massa deutrium yang diharapkan : 2,0165 u
Namun demikian massa atom deutrium
yang terukur adalah 2,0141 u, memiliki selisih
massa 0,0024 u terhadap massa gabungan antara massa atom hidrogen dengan
neutron.
Massa 0,0024 u yang hilang pada pembentukan deutrium
terkait dengan energi yang diberikan untuk membentuk inti deutrium dari neutron
bebas dan proton. Berdasarka kesetaraan massa dan energi, yakni 1 u setara dengan 931 MeV, maka energi yang
diperlukan untuk membentuk inti deutrium adalah (0,0024 u) (931 MeV/u) =2,2
MeV. Untuk membuktikan hal tersebut dapat dilakukan sebuah eksperimen memecah
inti deutrium menjadi nukleon-nukleon penyusunnya (proton dan neutron)
memerlukan energi sebesar 2,2 MeV. Bila energi yang diberikan kurang dari 2,2
MeV maka inti deutrium tidak berpisah menjadi proton dan neutron. Bila energi
yang diberikan kepada deutrium lebih besar dari 2,2 MeV maka energi
kelebihannya digunakan sebagai tenaga kinetik proton dan neutron pada saat
terpisah dari inti deutrium.
Atom deutrium bukanlah satu-satunya
atom yang mempunyai massa kurang daripada massa gabungn zarah yang
membentuknya, pada semua atom berlaku sifat seperti itu. Kesetaraan
energi-massa yang hilang dari suatu inti disebut energi ikat inti. Semakin
besar energi ikat sebuauh inti maka semakin besar pula energi yangg harus
diberikan untuk memisahkan inti tersebut menjadi nukleon-nukleon pembentuknya.
Energi ikat inti mantap berkisar dari 2,2 MeV untuk
sampai dengann 1640 MeV untuk
sebagai ilustrasi pada gambar 4.1 berikut ini
disajikan skema pemecahan deutrium menjadi proton dan neutron
Gambar 1 pemisahan deutrium menjadi Proton dan Neutron (Wiyatmo, FISIKA NUKLIR, 2012)
Energi
pemisahan (separation energi)
Energi pemisahan dapat didefinisikan sebagai :
-
Kerja yang diperlukan untuk memisahkan proton,
neutron,deuteron, atau zarah alfa dari inti atom
-
Energi yang dibebaskan pada saat proton, neutron,
deuteron, atau zarah alfa ditangkap inti.
-
Energi pisah neutron memenuhi
(4.3)
Atau
(4.4)
Energi pisah
zarah alfa memenuhi :
(4.5)
Sebagai ilustrasi pada gambar 4.2 berikut ini
disajikan grafik hubungan antara energi ikat inti dengan nomor massa A.
Gambar 4.2 grafik energi ikat total
terhadap nomor massa
Dari grafik pada gambar 4.2 dapat diketahui :
a.
untuk A kecil, tenaga ikat total rendah dan mengalami
kenaikan dengan cepat
b.
untuk A di sekitar 50, terdapat harga maksimum yang
datar dengan energi ikat total 8,8 MeV dan turun menjadi 8,4 MeV untuk A = 140
c.
Di atas A=140, harga energi ikat total turun mencapai
7,6 MeV
Kecilnya
harga energi ikat total pada A<40 disebabkan oleh adanya efek permukaan.
Turunnya harga energi ikat total pada A>140 disebabkan oleh efek Coulomb.
Pada grafik
kestabilan inti (N-Z) yang disajikan pada gambar 4.3 dapat diinterprestasi
sebagi berikut :
a.
untuk inti dengan A<40, inti akan stabil jika N=Z
b.
untuk A>40 garis stabilitas membelok ke atas dengan
c.
dari harga N=Z, dapat disimpulkan bahwa
gaya inti tak bergatung pada muatan nukleon (n-n) = (p-p) = (n-p).
d.
kebanyakan inti stabil memiliki N genap,
Z genap seperti berikut tampak pada tabel 4.1
tabel 4.1 jumlah inti stabil
N
|
Genap
|
Ganjil
|
Genap
|
Ganjil
|
Z
|
Genap
|
Genap
|
Ganjil
|
Ganjil
|
Jumlah Inti Stabil
|
160
|
53
|
49
|
5
|
Inti ganjil yang stabil :
Gambar 4.3 Grafik Nomor Neutron N terhadap Nomor Atom Z
D. Radioaktivitas
Radioaktifitas adalah pemancaran
sinar-sinar radioaktif secara spontan dengan disertai peluruhan atom menjadi
inti yang lain. Unsur radioaktif dapat dideteksi oleh alat detektor radioaktif,
atau pencacah Geiger Muller, kamar kabut Wilson, pencacah sintilasi, dan emulsi
film. (Anon., 2013). Sinar radioaktif :
Kecepatan = α < β < γ
Massa =
α > β > γ
Daya ionisasi = α > β > γ
Daya tembus = α < β < γ
Sinar
Radioaktif
|
Muatan
Listrik
|
Daya
Ionisasi
|
Daya
Tembus
|
Pengaruh Medan Magnet dan
Medan listrik
|
Pemancaran Atom
|
Sinar Alfa (α)
|
Positif, terdiri atas inti helium (
|
Sangat besar
|
Kecil/
lemah
|
Akan dibelokkan
|
Bila suatu atom memancarkan sinar
alfa, maka nomor atom berkurang 2 dan nomor massa berkurang 4
|
Sinar Beta (β)
|
Negative, terdiri atas elektron (
|
Lebih rendah dari sinar alfa
|
Lebih besar dari sinar alfa
|
Dibelokkan
|
Bila suatu atom memancarkan sinar beta maka nomor atom bertambah 1 dan
nomor massa tetap
|
Sinar Gamma (γ)
|
Tidak bermuatan
|
Sangat kecil
|
Sangat besar
|
Tidak dibelokkan
|
Bila suatu atom memancarkan sinar
gamma maka nomor atom dan nomor massa tetap
|
Dalam buku (Wiyatmo, FISIKA NUKLIR, 2012) salah satu gejala
yang sangat penting dalam fisika nuklir adalah terkait dengan radioaktivitas.
Meskipun nuklida-nuklida diikat oleh gaya nuklir yang cukup kuat, banyak
nuklida yang tidak mantap secara spontan meluruh menjadi nuklida lain melalui
pemancaran zarah alfa, beta dan gamma. Sebuah nuklida radioaktiv dalam
mengalami sederertan rangkaian peluruhan menuju konfigurasi inti yang stabil.
Terdapat 3 aspek radioaktvitas yang luar biasa jika dipandang dari segi fisika
klasik, yakni:
1. Bila
inti atom mengalami peluruhan alfa dan beta, bilangan atom Z berubah dan inti
menjadi unsur yang berbeda. Hal ini berarti bahwa unsur tidak tetap, meskipun
mekanisme tranformasinya tidak dikenal oleh ahli kimia.
2. Energi
yang dikeluarkan selama peluruhan radioaktif timbul dari inti individual tanpa
eksistansi eksternal, tidak seperti radiasi atomic. Hal ini dapat digahami
setelah Einstein mengemukakan kesetaraan massa-energi.
3. Peluruhan
radioaktif adalah proses statistic yang memenuhi teori kemungkinan. Tidak ada
hubungan sebab akibat yang terkait dalam peluruhan inti, yang terdapat hanyalah
kemungkinan per satuan waktu (Wiyatmo, FISIKA NUKLIR, 2012).
Pada tahun 1895 berhasil mendeteksi sinar X dengan fluoriensi yang
ditimbulkan oleh bahan tertentu. Pada saat Henry Bechquerel mempelajari hal iyu
pada tahun 1896, ia mempersoalkan apakah proses sebaliknya dapat terjadi, yaitu
dengan intensitas yang tinggi, cahaya menstimulasi bahan fluoresen untuk
menghasilkan sinar-x. ia meletakkan garam uranium pada pelat fotografik yang
ditutupi kertas hitam, kemudian sistem ini disinari dengan cahaya matahari.
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa pelat fotografi itu seperti berkabut
setelah dicuci. Selanjutnya Bechquerel mencoba mengulangi eksperimen itu,
tetapi awan menutupi matahari utnuk beberapa hari. Namun, pada saai ia mencuci
pelat fotografi tersebut dengan harapan bahwa pelat itu bening, ternyata pelat
itu tetap seperti berkabut seperti hasil eksperimen sebelumnya. Dalam waktu
singkat ia menemukan sumber radiasi yang mempunyai daya tembus itu adalah
uranium yang terdapat dalam garam fluoresen. Becquerel juga dapat
memperlihatkan bahwa radiasi itu dapat mengionisasi gas dan sebagian radiasi
terdiri dari zarah yang bergerak cepat.
Selang beberapa waktu setelah itu Pierre dan Marie Curie pada saat
sedang melakukan ekstraksi uranium dati bahan tambang, mereka berhasil
menemukan dua unsur lain yang juga bersifat radioaktif. Unsur yang pertama
dinamakan polonium sesuai dengan negara asal AMrie Curie dari Polandia. Unsur
yang kedua dikenal sebagai radium, yang keradioaktifannya 100 kali lebih besar
dibandingkan dengan uranium. Radioaktivitas suatu unsur timbul dari
tadioaktivitas satu atau lebih isotopnya. Banyak sekali unsur yang terdapat
dialam tidak bersifat radioaktif, namun demikian unsur-unsur tersebut dapat
dibuat menjadi radioaktif melalui proses artifisial yang dapat dimanfaatkan
untuk penelitian dibidang biologi dan kedokteran sebagai perunut. Prosedurnya
adalah dengan menggabungkan radionuklida dalam senyawa kimiawi dan mengikuti
apa yang terjadi pada senyawa itu dalam organisme hidup dengan memantau radiasi
yang dipancarkan oleh radionuklida itu. Unsur lain seperti kalium memiliki
isotop mentap dan beberapa isotop radioaktif. Sedangkan uranium hanya memiliki
isotop-isotop radioaktif.
Rutherford dan rekan sekerjanya berhasil membedakan tiga jenis radiasi
yang dipancarkan oleh radionuklida, yakni zarah alfa, beta, da gamma yang
akhirnya dikenal sebagai He, electron, dan foton. Energi gamma lebih besar
daripada energi zarah beta dan alfa. Radiasi yang energinya terkecil adalah zarah
alfa.
Gambar di bawah ini, disajikan ilustrasi tentang kemampuan daya tembus
sinar alfa, beta dan gamma.
Gambar
Ilustrasi Daya tembus Zarag Alfa, Beta dan Gamma
1. Pemancaran atau Peluruhan Alfa, Beta dan
Gamma.
a. Pemancaran Alfa
Partikel α adalah inti helium yang
dipancarkan oleh suatu inti yang tidak stabil. Oleh karena itu, lambing
partikel α sama dengan lambing inti helium. Partikel α bermuatan positif (+2e), dan ketika bergerak di udara akan
menimbulkan ionisasi yang cukup besar, paling besar dibandingkan dengan
partikel β dan sinar γ. Akan tetapi daya tembusnya paling rendah dibandingkan
daya tembus partikel β dan sinar γ, bahkan partikel α tidak dapat menembus
kertas (Saripudin, K, & Suganda, 2009).
Inti atom suatu unsur yang
memancarkan partikel α akan mengalami pengurangan empat nomor massa dan dua
nomor atom. Secara umum, proses pemancaran partikel α dituliskan dalam bentuk
persamaan reaksi inti sebagai berikut.
Reaksi inti tersebut menunjukkan bahwa inti X meluruh
menjadi inti Y dengan memancarkan partikel α dan membebaskan energi sebesar Q (Saripudin, K, & Suganda, 2009).
Pada reaksi inti berlaku hukum
kekekalan nomor massa dan nomor atom. Jumlah nomor atom dikiri reaksi (sebelah
kiri tanda panah) sama dengan jumlah nomor atom dikanan reaksi. Demikian pula,
jumlah nomor massa disebelah kiri sama dengan jumlah nomor massa disebelah
kanan reaksi (Saripudin, K, & Suganda, 2009).
Selain berlaku dua hukum kekekalan
diatas, pada reaksi inti juga berlaku hukum kekekalan massa-energi. Hukum ini
menyatakan bahwa jumlah massa di sebelah kiri reaksi sama dengan jumlah massa
disebelah kanan reaksi ditambah massa yang berubah menjadi energi A. pada
persamaan pemancaran partikel α diatas, jika mx adalah massa inti X,
my adalah massa inti Y, mα
adalah massa partikel α, dan ∆m
adalah massa yang berubah menjadi energi, berlaku
sehingga massa yang berubah menjadi energi
dan energi yang dibebaskan
(Saripudin, K, & Suganda, 2009).
Dalam
(Wiyatmo, FISIKA
NUKLIR, 2012)
radioaktivitas telah diselidiki dalam kurun waktu yang lama. Pda tahun 1896,
Becquerel telah menemukan gejala radioaktivitas pada bahan radioaktif alam.
Curie dan Rutherford menemukan bahan pemancar radiasi alfa. Struktur nuklir
pada peluruhan alfa mempresentasikan peluruha
zarah pada keadaan inti maya (virtual)
(Wiyatmo, FISIKA
NUKLIR, 2012)
Sebagian
besar nuklida dengan nomor massa A>150 adalah tidak setabil dan meluruh
dengan pemancaran zarah alfa. Untuk nuklida-nuklida yang lebih ringan,
terjadinya peluruhan alfa sangat tidak memungkinkan. Konstanta peluruhan
menurun secara eksponensial dengan penurunan energi peluruhan, untuk nomor
massa A = 150 secara praktis energi peluruhannya no. nuklida-nuklida dengan
jumlah neutron mendekati N=82 merupakan
perkecualian, sebab dengan adanya efek kulit menyediakan tambahan energi
peluruhan (Wiyatmo, Fisika
Nuklir, 2012).
Informasi
deksperimen tentang peluruhan alfa memperlihatkan bebrapa kecendrungan yang
muncul pada peluruhan ini, yakni:
1)
Pada umumnya
peluruhan alfa terjadi keberuntungan energi peluruhan energi peluruhan pada
nomor A, atau nomor Z atau nomor Neutron N; terkecuali pada bilangan-bilangan
ajaib (magig numbers), kecendrungan ini
bersesuaian dengan rumus massa semiempiris.
2)
Untuk
nuklida-nuklida dengan nomor atom Z tertentu memiliki umur paruh sebagai dungsi
energi peluruhan, khususnya untuk inti genap-genap. Hubungan ini mencerminkan
mekanisme peluruhan.
3) Spektrum energi peluruhan alfa memberikn informasi
tentang skema tingkat-tingkat energi dari inti induk dan inti anak (Wiyatmo,
FISIKA NUKLIR, 2012).
Sifat-sifat sinar alfa:
1)
Sinar diahasilkan oleh pancaran-pancaran
partikel dari sebuah sumber radioaktif.
2)
Sinar tidak lain adalah inti atom helium,bermuatan
+2e dan bermassa 4u.
3)
Sinar dapat menghitamkan film.Jejak partikel dalam bahan radioaktif berupa garis lurus.
4)
Radiasi
sinar memiliki daya tembus terlemah
dibandingkan dengan sinar lain.
5)
Radiasi
sinar memiliki jangkauan beberapa cm di
udara da sekitar 10-2 mm dalam
logam tipis.
6)
Radiasi
sinar mempunyai daya ionisasi paling
kuat sebab muatannya paling besar.
7)
Sinar dibelokkan oleh medan magnetic dan medan
listrik.
8) Kecepatan sinar
sekitar 0,054c sampai 0,07c,dengan c=kelajuan cahaya dalam vakum. Massa
sinar lebih besar dari sinar sehingga lebih lambat.
Dalam (Halliday, Resnick, & Walker, 2010) Ketika sebuah inti
mengalami peluruhan alfa. Inti ini akan berubah menjadi nuklida yang berbeda
dengan memancarkan sebuah partikel alfa (sebuah inti helium, 4He). Sebagai
contoh, ketika uranium 238U
mengalami peluruhan alfa, ia akan berubah menjadi torium 234Th;
238U à 224Th + 4He (42-22)
Peluruhan
alfa dari 238U ini
dapat terjadi secara spontan (tanpa sumber energi eksternal) karena massa total produk peluruhan 234Th
dan 4He
lebih kecil daripada 238U massa asal. Sehingga, energi massa total produk
peluruhan lebih kecil dibandingkan energi
massa nuklida asal. Seperti didefinisikan oleh Pers. 37-50
dalam proses seperti ini selisih antara
energi massa awal dengan energi massa akhir total
disebut sebagai Q dari proses (Halliday, Resnick, & Walker, 2010).
Untuk
sebuah peluruhan inti, kita mengatakan bahwa selisih energi massa adalah energi disintegrasi dari peluruhan.
Nilai Q untuk peluruhan dalam Pers 42-22
adalah 4,25 Mev -- Jumlah
energi tersebut disebut dilepaskan oleh peluruhan alfa dari 238U, dengan energi
ditransfer dari energi massa ke energi kinetik pada kedua produk (Halliday, Resnick, & Walker, 2010).
Waktu
paruh 238U untuk
proses peluruhan adalah 4,5 x 109 tahun. Mengapa sangat
lama? Apabila 238U
dapat meluruh dengan cara ini, mengapa tidak setiapnuklida 238U dalam sampel atom-atom 238U meluruh dalam satu waktu? Untuk menjawab pertanyaan ini,
kita harus mengkaji proses peluruhan alfa.
Sebuah fungsi energi potensial untuk
pemancaran sebuah partikel alfa oleh 238U. Garis horizontal hitam
yang ditandai Q = 4,25 MeV menunjukkan energi disintegrasi untuk proses
tersebut. daerah yang diarsir abu-abu menggambarka pemisahan r yang secara
klasik terlarang untuk partikel alfa. Partikel alfa digambarkan oleh sebuah
titik, keduanya di dalam penghalang energi potensial ini (pada sisi kiri) dan
di luarnya (pada sisi kanan), setelah partikel telah lewat. Garis Horizontal
hitam yang ditandai (
)
menunjukkan energi potensial yang sama karena keduanya mempunyai muatan ini
yang sama ) (Halliday, Resnick, & Walker, 2010).
Kita
memilih sebuah model di mana partikel
alfa dibayangkan berada (sudah terbentuk)
di dalam inti. sebelum partikel tersebut terlepas dari inti. Gambar 42-9 menunjukkan pendekatan energi potensial U(r) dari sistem yang terdiri dari partikel alfa dan inti 234Th, sebagai sebuah fungsi dari pemisahannya r. Energi ini adalah sebuah kombinasi dari (1)
energi potensial yang berkaitan dengan gaya inti kuat (gaya tarik) yang bekerja dalam interior inti dan (2) sebuah
potensial Coulomb yang berkaitan dengan gaya listrik (gaya tolak)
yang bekerja antara dua partikel sebelum dan
sesudah peluruhan terjadi (Halliday, Resnick, & Walker, 2010).
Horizontal
hitam yang ditandai Q= 4,25
MeV menunjukkan energi disintegrasi
untuk proses ini. Jika kita mengasumsikan bahwa ini menggambarkan energi total partikel alfa selama proses
peluruhan, maka bagian kurva U(r) di
atas garis ini merupakan penghalang energi potensial seperti pada Gbr. 38-15. Penghalang tidak dapat diatasi. Apabila partikel alfa
mampu menjadi terpisah sejauh r di
dalam penghalang, seharusnya energi potensialnya U melebihi energi totalnya E. Ini artinya, secara
klasik, energi kinetiknya K (yang
besarnya E-U) akan menjadi
negatif, sebuah keadaan yang mustahil.
negatif, sebuah keadaan yang mustahil.
Sekarang kita dapat melihat mengapa
partikel alfa tidak segera terpancar dari
inti 238U. Inti tersebut dilingkupi oleh sebuah penghalang potensial yang kuat, melingkupi jika Anda membayangkan dalam tiga dimensi-- volume yang berada di antara dua kulit bola (dengan jari ri sekitar 8 dan 60 fm). Pendapat ini saat ini sangat meyakinkan sehingga sekarang kita mengubah pertanyaan terakhir kita menjadi: Apabila partikel kelihatannya terjebak secara permanen di dalam inti oleh penghalang, bagaimana bisa inti 238U pernah memancarkan sebuah partikel alfa? Jawabannya adalah, seperti yang telah Anda pelajari pada Subbab 38-9, ada sebuah
probabilitas terhingga yang membuat sebuah partikel dapat menembus sebuah
penghalang energi yang secara klasik tidak mungkin diatasi. Pada kenyataannya, peluruhan alfa terjadi sebagai sebuah akibat dari penembusan penghalang ini.
inti 238U. Inti tersebut dilingkupi oleh sebuah penghalang potensial yang kuat, melingkupi jika Anda membayangkan dalam tiga dimensi-- volume yang berada di antara dua kulit bola (dengan jari ri sekitar 8 dan 60 fm). Pendapat ini saat ini sangat meyakinkan sehingga sekarang kita mengubah pertanyaan terakhir kita menjadi: Apabila partikel kelihatannya terjebak secara permanen di dalam inti oleh penghalang, bagaimana bisa inti 238U pernah memancarkan sebuah partikel alfa? Jawabannya adalah, seperti yang telah Anda pelajari pada Subbab 38-9, ada sebuah
probabilitas terhingga yang membuat sebuah partikel dapat menembus sebuah
penghalang energi yang secara klasik tidak mungkin diatasi. Pada kenyataannya, peluruhan alfa terjadi sebagai sebuah akibat dari penembusan penghalang ini.
Waktu-paruh 2 yang sangat lama
menyatakan kepada kita bahwa penghalang rupanya
tidak "bocor" (leaky).
Partikel alfa, dianggap bergerak terus maju-mundur di dalam inti, harus
mencapai permukaan bagian dalam penghalang sekitar
Tabel 42-2
Radionuklida
|
Q
|
Waktu-paruh
|
238U
|
4,25 MeV
|
4,5 x109 tahun
|
228U
|
6,81 MeV
|
9,1 menit
|
Perbandingan Dua
Alfa yang Dipancarkan
10-38 kali sebelum berhasil
menembus penghalang. Ini sekitar 1014 kali tiap detik selama
sekitar 4 x 109
tahun (usia bumi) Kita, tentu saja (yang sedang menunggu di luar) hanya bisa menghitung partikel
alfa yang memang bisa terlepas.
Kita dapat
menguji penjelasan mengenai peluruhan alfa ini dengan mempelajari
pemancaran alfa lainnya. Sebagai perbandingan yang ekstrem. perhatikan pelunhas alfa dari isotop uranium lainnya, yaitu 228U. yang mempunyai energi disintegral 6,81 MeV, sekitar 60% lebih tinggi daripada 238U. (Nilai juga ditunjukkan sebagai sebuah garis horizontal pada Gbr 42-9). Ingat kembali dan Subbab 38-9 bahwa koefisien transmisi sebuah penghalang sangat sensitif terhadap perubahan kecil dalam energi total dari partikel yang ingin menembusnya. Jadi, kita peluruhan lebih mudah untuk nuklida ini dibandingkan 238U. Dan itu terjadi seperti tampak pada Tabel 42-2, waktu-paruhnya hanya sekitar 9,1 menit! Peningkatan Q yang hanya sebanyak 1,6 kali menghasilkan sebuah penurunan waktu-paruh (yaitu, keefektifan penghalang sebanyak 3 x 1014 kali. Seperti inilah tingkat sensitifnya (Halliday, Resnick, & Walker, 2010).
pemancaran alfa lainnya. Sebagai perbandingan yang ekstrem. perhatikan pelunhas alfa dari isotop uranium lainnya, yaitu 228U. yang mempunyai energi disintegral 6,81 MeV, sekitar 60% lebih tinggi daripada 238U. (Nilai juga ditunjukkan sebagai sebuah garis horizontal pada Gbr 42-9). Ingat kembali dan Subbab 38-9 bahwa koefisien transmisi sebuah penghalang sangat sensitif terhadap perubahan kecil dalam energi total dari partikel yang ingin menembusnya. Jadi, kita peluruhan lebih mudah untuk nuklida ini dibandingkan 238U. Dan itu terjadi seperti tampak pada Tabel 42-2, waktu-paruhnya hanya sekitar 9,1 menit! Peningkatan Q yang hanya sebanyak 1,6 kali menghasilkan sebuah penurunan waktu-paruh (yaitu, keefektifan penghalang sebanyak 3 x 1014 kali. Seperti inilah tingkat sensitifnya (Halliday, Resnick, & Walker, 2010).
b. Pemancaran Beta
Inti yang tak stabil yang memiliki
jumlah neutron lebih banyak daripada jumlah protonnya akan memancarakan
partikel β. Untuk mencapai kestabilan, inti akan mengubah neutron menjadi
proton dengan memancarkan partikel β menurut persamaan reaksi berikut.
Partikel β memiliki daya ionisasi
dan daya tembus yang besarnya diantara daya ionisasi dan daya tembus partikel α
dan sinar γ. Inti yang memancarkan partikel β akan mengalami penambahan nomor
atom sebesar 1, sedangkan nomor massanya tetap. Secara umum, raksinya
dituliskan sebagai berikut.
Energi yang dibebaskan dalam
pemancaran partikel ini dapat ditentukan dengan mengggunaka hukum kekekalan massa-energi, sama dengan
cara menentukan energi yang dibebaskan pada pemancaran partikel α (Saripudin, K, & Suganda, 2009).
Dalam (Wiyatmo, FISIKA NUKLIR, 2012) peluruhan beta merupakan jenis peluruhan yang
paling umum dikenal, sebab hampir semua nuklida tidak berada pada daerah
kestabilan. Proses pelutuhan beta meliputi pencaran electron secara langsung
dari inti. Bauk electron yang bermuatan positif maupun negative dapat
dipancarkan oleh inti yang sama dalam beberapa kasus khusus. Rutherford dan
Soddy (1903) mendemonstrasikan bahwa secara kimiawi nomor atom dari
sebuahnuklida akan mengalami kenaikan dengan bilangan bulat selama nuklida
mengalamipeluruhan beta negative. Selanjutnya Curie dan Juliot (1934) menemukan
bahwa nomor atom akan beekurang dengan bilangan bulat pada saat inti atom
memancarkan perluruhan beta adalah kontinu.
Peluruhan beta ditemukan pertama
kali pada abad ke-19.pada waktu itu dinunjukkan adanya beberapa isotop
radioaktif yang memancarkan zarah bermuatan negative. Namun demikian,
dikarenakan adanya kesulitan teknis pengamatan lagsung terjadinya proses
tersebut baru dapat dilakukan pada tahun 1945 steleah ditemukannya reactor
nuklir. Dteksi neutrino secara langsung baru dapat dilakukan setelah
dilakukannya alat pengelip cairan (liquid scintillator). Percobaan peluruhan
beta yang berorientasi pada fisika nuklir baru dapat dikembangkan setelah
dikuasainya tekniki suhu rendah (cyrogenic).
Dalam bidang teori juga juga
ditemukan hambatan dalam menjelaskan spektrum sinar beta, khususnya mengenai
kekekalan energi dan spin. Pauli (1930) mengajukan hipotesis yang menyatakan
pada peluruhan beta akan dipancarkan pula suatu zarah netral yak bermassa diam
yamg dikenal sebagai intri neutrino.
Sifat-sifat sinar
1) Sinar dihasilkan oleh pancaran partikel-partikel .
2) Sinar tidak lain adalah electron berkecapatan
tinggi yang bermuatan -1 e.
3) Radiasi sinar alfa < sinar beta < sinar gamma.
4) Kecepatan parikel antara 0,32c dan 0,9c.
5) Sinar dibelokkan dengan medan magnetic dan medan
listrik karena massanya kecil.
6) Jejak partikel dalam bahan berkelok-kelok.
7) Sinar memiliki jangkauan beberapa cm di udara.
c. Pemancaran Gamma
Sinar γ adalah gelombang
elektromagnetik. Sinar γ tdak bermassa dan tidak bermuatan. Dibandingkan dengan
dua partikel radioaktif lainnya, sinar γ memiliki daya tembus paling tinggi,
sedangkan daya ionisasinya paling rendah (Saripudin, K, & Suganda, 2009).
Inti yang memancarkan sinar γ tidak mengalami perubahan nomor atom
maupun nomor massa. Secara umum, reaksi intinya dituliskan:
Sebuah energi yang tereksitasi dapat
meluruh dengan cara emisiradiasi elektromagnetik dengan cara konversi internal
menuju tingkat energi inti yang lebih rendah. Proton yang tereksitasi dapat
memancarkan radiasi elektromagnetik sinar gamma melalui peluruhan (Wiyatmo, Fisika Nuklir, 2012).
Sifat-sifat sinar gamma:
1) Memiliki daya tembus paling besar tetapi daya
ionisasi paling lemah.
2) Tidak dibelokkan oleh medan listrik dan medan
magnetic.
3) Sinar merupakan radiasi elektromagnetik dengann
panjang gelombang yag sangat pendek.Sinar
hamper tidak bermassa.
4) Kecepatan
bernilai sama dengan kecepatan cahaya di ruang hampa.
5) Sinar dalam interaksinya menimbulkan peristiwa
fotolistrik atau juga dapat menimbulkan produksi pasangan.
2. Peluruhan Inti atau Peluruhan Radioaktif
Peluruhan radioaktif memberi bukti pertama bahwa hukum-hukum yang
mengatur dunia subatomik bersifat
statistis. Perhatikan, sebagai contoh, 1 mg sampel logam uranium.
Sampel tersebut berisi 2,5 x 1018 atom yang merupakan radionuklida 238U yang
umurnya sangat panjang. Inti dari atom-atom khusus ini telah ada tanpa meluruh sejak terbentuk-sebelum
terbentuknya sistem tata surya kita. Dalam setiap detik, hanya sekitar 12 inti pada sampel kita akan meluruh dengan
memancarkan sebuah partikel alfa,
mengubah diri mereka menjadi inti 234Th. Namun demikian,
“Tidak ada satu cara pun untuk memprediksi
apakah suatu inti tertentu di dalam sebuah sampel radioaktif akan
menjadi salah satu di antara sejumlah kecil inti yang meluruh pada detik
berikutnya. Seluruhnya mempunyai peluang yang sama.”
Meskipun kita
tidak dapat memprediksi inti mana dalam sampel yang akan meluru, kita dapat mengatakan bahwa
apabila sebuah sampel berisi
N inti radioaktif,
maka laju (= -dN/dt) peluruhan ini sebanding dengan
maka laju (= -dN/dt) peluruhan ini sebanding dengan
di mana λ,
konstanta disintegrasi atau konstanta peluruhan memiliki
sebuah nilai karakteristik untuk setiap radioaktif. Satuan SI nya adalah detik inversis (s-1).
sebuah nilai karakteristik untuk setiap radioaktif. Satuan SI nya adalah detik inversis (s-1).
Untuk mencari N sebagai sebuah fungsi waktu t, pertama-tama kita menyusun ulang Pers 42-11 sebagai
dan selanjutnya
mengintegralkan kedua sisi sehingga
Atau
Di
sini No adalah jumlah inti radioaktif di dalam sampel pada suatu
waktu awal sembarang
.
Dengan membuat
0 dan menyusun ulang Pers. 42-13, kita peroleh
Dengan menghitung eksponensial kedua sisi (fungsi eksponensial adalah fungsi aritma natural), kita memperoleh
atau
di mana N0 adalah jumlah inti
radioaktif dalam sampel ketika t=0
dan
N adalah jumlah yang tersisa pada sembarang waktu t sesudahnya. Perlu diingat bahwa lampu (sebagai salah satu contoh) tidak mengikuti hukum peluruhan eksponensal seperti itu. Jika kita menguji masa hidup 1000 buah bola lampu, kita mengharapkan mereka seluruhnya akan meluruh (yaitu, terbakar) pada kurang lebih waktu yang sama. Peluruhan radionuklida mengikuti hukum yang sedikit berbeda.
N adalah jumlah yang tersisa pada sembarang waktu t sesudahnya. Perlu diingat bahwa lampu (sebagai salah satu contoh) tidak mengikuti hukum peluruhan eksponensal seperti itu. Jika kita menguji masa hidup 1000 buah bola lampu, kita mengharapkan mereka seluruhnya akan meluruh (yaitu, terbakar) pada kurang lebih waktu yang sama. Peluruhan radionuklida mengikuti hukum yang sedikit berbeda.
Sering
kali kita lebih tertarik pada laju peluruhan R (= -dN/dt)
dibandingkan dengan N itu sendiri. Dengan mendiferensialkan
Pers. 42-15, kita memperoleh
Atau
Sebuah
bentuk alternatif dari hukum peluruhan radioaktif (Pers. 42-15). Di sini
adalah laju peluruhan pada waktu t=0 dan R adalah
laju peluruhan pada sembarang waktu
t sesudahnya. Sekarang, kita dapat menulis Pers. 42-11
dalam bentuk laju peluruhan R sampel
sebagai
di mana R dan
jumlah inti radioaktif N yang belum
meluruh harus dicari nilai pada saat yang sama.
Laju peluruhan total R dari suatu sampel yang terdiri dari satu atau lebihradionuklida disebut dengan aktivitas dari sampel tersebut. Satuan SI untuk adalah becquerel. sesuai ama Henry Becquerel, penemu, radioaktivitas :
Laju peluruhan total R dari suatu sampel yang terdiri dari satu atau lebihradionuklida disebut dengan aktivitas dari sampel tersebut. Satuan SI untuk adalah becquerel. sesuai ama Henry Becquerel, penemu, radioaktivitas :
1 becquerel = 1 Bq = l
peluruhan per detik.
Satuan yang
lebih lama, curie, juga masih sering digunakan.
1 curie = 1 Ci = 3,7 x 1010 Bq
Berikut ini adalah contoh penggunaan satuan tersebut: "Aktivitas penggunaan batang bahan bakar reaktor #5658 pada 15 Januari 2004 adalah 3,5 x 1015 Bq (-9,5 x 104 Ci).” Artinya, pada hari tersebut 3,5 x 1015 inti radioaktif pada batang meluruh setiap detik. Identitas radionuklida di dalam batang bahan bakar, yaitu konstanta disintegrasinya λ, dan jenis radiasi yang dipancarkan tidak berkaitan dengan angka aktivitas ini.
Sering kali sebuah sampel radioaktif
akan diletakkan di dekat sebuah
detektor yang, untuk alasan geometri atau inefisiensi detektor, tidak
merekam disintegrasi yang terjadi di
dalam sampel. Hasil pengukuran detektor dengan keadaan seperti ini sebanding dengan (dan lebih kecil daripada)
aktivitas sesungguhnya sampel. Pengukuran aktivitas yang
sebanding itu dituliskan bukan dalam
satuan becquerel namun secara sederhana dalam hitungan (count) per satuan
waktu.
Ada dua pengukuran yang umum
digunakan untuk mengukur berapa lama
massa hidup suatu jenis radionuklida tertentu. Satu pengukuran adalah waktu-paruh T1/2 sebuah radionuklida, yang artinya waktu ketika N dan R telah berkurang menjadi setengah dari nilai awalnya. Pengukuran lainnya adalah waktu rata-rata (mean life) adalah waktu ketika N dan R telah berkurang menjadi e-1 dari nilainya.
massa hidup suatu jenis radionuklida tertentu. Satu pengukuran adalah waktu-paruh T1/2 sebuah radionuklida, yang artinya waktu ketika N dan R telah berkurang menjadi setengah dari nilai awalnya. Pengukuran lainnya adalah waktu rata-rata (mean life) adalah waktu ketika N dan R telah berkurang menjadi e-1 dari nilainya.
Untuk menghubungkan T1/2 dengan konstanta
disintegrasi λ,
kita meletakkan
dalam Pers. 42-16 dan mensubstitusikan
T1/2 untuk t. Maka
kita memperoleh
Menghitung
logarima natural dari kedua sisi dan mencari T1/2. kita akan memperoleh
Dengan cara yang sama, untuk menghubungkan ke λ, kita meletakkan dalam Pers. 42-16, mensubsitusikan untuk t, dan mencari , sehingga memperoleh:
Dengan cara yang sama, untuk menghubungkan ke λ, kita meletakkan dalam Pers. 42-16, mensubsitusikan untuk t, dan mencari , sehingga memperoleh:
TIK PERIKSA 2 Nuklida 131I adalah radioaktif, dengan waktu-paruh 8,04 hari
Pada tengah hari pada tanggal 1 Januari. aktivitas sampel adalah 600 Bq. Dengan
menggunakan konsep waktu paruh, tanpa menuliskan perhitungan, tentukan apakah
aktivitas pada hari pada tanggal 24 Januari akan lebih rendah dari 200 Bq, lebih tinggi dari 200 Bq. lebih rendah dari 75 Bq, atau lebih tinggi dari 75 Bq.
3. Reaksi Inti
Diantara tahun 1919, ketika
Rutherford mengumumkan penemuannya tentang transmutasi nuklir buatan
dan tahun1939, ketika reaksi fisi ditemukan
oleh Hahn, Stassman, Meither, dan Frisch; hampir seluruh pengetahuan tentang
proses nuklir yang dapat dihasilkan dengan energi penembakan di atas 10 MeV
telah ditemukan. Karena kemudian energi penembakan inti telah dapat ditingkatka
sampai ke orde 10 BeV, dan banyak tipe-tipe baru reaksi inti yang telah
dihasilkan,termasuk meson dan zarah-zarah tak stabil lainnya. Meskipun sekarang
telah jelas bahwa zarah-zarah tersebut memainkan peran pentingg dalam gaya
inti, pembahasan kali ini dibatasi pada reaksi inti di bawah energi ambang
untuk produksi meson (
(Halliday, Resnick, & Walker, 2010).
Teori-teori yang detail tentang
reaksi inti terpola setelah dua buah model yang tampaknya bertentangan
diajukan, yakni model struktur nuklir dan model kulit. Dalam sebuah teori,
telah diasumsikan oleh Bohr pada tahun 1936, bahwa nukleon-nukleon di dalam
inti secara cepat menggunakan energinya secara bersama-sama di antara mereka.
Selajutnya inti majemuk yang terbentuk akan meluruh dengan cara yang independen
terhadap mode pembentukanya. Dalam teori reaksi yang didasarkan pada model
kulit (Bethe, 1940; Serber dan Taylor,
1949; Freshbach, Porter, dan Weisskopf, 1954), diusulkan bahwa sebuah nukleon
datang akan berinteraksi dengan inti melalui potensial model kulit dengan
kebolehjadian serapan dalam inti ini dapat dipadukan dalam teori tunggal oleh
Weisskopf (1957) dan Freshbach (1958) (Halliday, Resnick, & Walker, 2010).
Sesuai dengan teori Weisskopf,
beberapa reaksi inti berlangsung melalui rangkaian tahapan-tahapan. Pada saat
zarah datang mencapai tepi potensial inti, interaksi yang pertama adalah
refleksi sebagian dari fungsi gelombang yang dikenal sebagai bentuk hamburan (elastis shape elastic scattering) .
setiap diskontinuitas potensial memiliki koefisien refleksi yang tertentu dari
fungsi gelombang datang yang independen terhadap arah penjalaran gelombang.
Bagin fungsi gelombang yang memasuki inti mengalami penyerapan. Freshbach
mengusulkan bahwa langkah pertama dalam proses serapan/absorbsi terdiri dari
tumbuka dua benda. Dengan perkataaan lain jika zarah datang adalah nukleon
tunggal di dalam inti dan menigkatkan tingkatan energinya ke tingkatan yang
tidak terisi. Jika zarah penumbuk setelah bertumbukan langsung meninggalkan
inti, maka terjadi reaksi langsung (direct reaction. Reaksi ini lebih mungkin
terjadi pada energi tinggi, sebab kemudian setidak-tidaknya sebuah nukleon akan
memiliki kesempatan yang baik untuk menerima energi yang mencukupi untuk
meninggalkan inti (Halliday, Resnick, & Walker, 2010).
Jika zarah penumbuk tidak
meninggalkan inti maka interaksi yang lebih kompleks akan terjadi. Nukleon
penumbuk mungkin berinteraksi dengan nukleon kedua dalam inti dan menaikkan
energi nukleon ke tingkat energi yang tidak terisi. Pada kondisi yang sesungguhnya
inti dapat dieksitasi ke keadaan kolektif, dan satu dari nukleon-nukleon dalam
inti dapat keluar meninggalkan inti. Jika ini tidak terjadi masing-masing dari
ketiga nukleon yang berada pada tingkat energi tak terisi dalam inti dapat
berinteraksi dengan nukleon lain sampai akhirnya terjadi penggunaan energi
bersama (sharing energy), dan terjadilah teori inti majemuk (Halliday, Resnick, & Walker, 2010).
Intik majemuk terbentuk melalui
himpunan interaksi yang komplek, sehingga tidak dapat diketahui secara detail
langkah-langkah awal pembentukannya. Oleh karena itu peluruhan inti majemuk
seharusnya menjadi independen terhadap cara pembentukkannya. Mungkin terjadi
bahwa zarah penumbuk (atau zarah yang sejenis dengan zarah penumbuk) dpancarkan
oleh inti majemuk dengan energi yang sama dengan energi zarah datang. Ini
disebut hamburan elastis majemuk. Zarah yang muncul tidak dapat dibedakan dari
bentuk zarah hamburan elastatis, kecuali mungkin oleh waktu tunda yang singkat (Halliday, Resnick, & Walker, 2010).
Kebolehjadian untuk menemukan zarah
datang dalam inti adalah tinggi dan kebolehjadin reaksi inti memiliki potensial
atauu resonansi zarah tunggal. Lebih sulit untuk melihat bahwa kebolahjadian
pembentukan inti majemuk juga memiliki banyak resonansi yang dikenal sebagai
resonasi inti majemuk. Sistem mekanika kuantum dari eksistasi tinggi memiliki
banyak tingkat tertutup. Banyak terdapat car-cara yang berbeda dari eksitasi
dapat terjadi dengan energi eksistasi yang serupa. Baik energi dan lebar
resonansi inti majemuk keduanya dapat dinyatakan hanya dalam terma konstanta
empiris, tetapi pemahaman secara teoritis sedang di kembangkan (Halliday, Resnick, & Walker, 2010).
Aspek tertentu dari reaksi inti
adalah independen terhadap mekanisme reaksi yang detail, dan dapat diturunkan
dari kekekalan energi, momentum linier dan momentum sudut. Paritas juga kekal
untuk derajat yang sangat tinggi. Selanjutnya, jumlah dan jenis nukleon di
dalam setiap reaksi adalah tetap sampai energi reaksi cukup tinggi untuk
menghasilka pasangan nukleon dan antinucleon (Halliday, Resnick, & Walker, 2010).
Setelah reaksi inti terjadi kita mengamati inti baru Y dan sebuah partikel
b.Secara simbolik,reaksi inti ini kita tulis :
a + X Y + b
+ Q
dengan Q adalah energi reaksi. Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi
sebelum reaksi sama dengan energi sesudah reaksi.Sesuai hukum kekekalan
energi, Energi sebelum reaksi = energi sesudah reaksi energi reaktan = energi produk + energi reaksi energi reaksi
= energi reaktan – energi produk
Q = [(ma +
mX) - (mY + mb) ] x 931 MeV/u
dengan ma , mX , mY , mb adalah massa-massa yang
harus dinyatakan dalam u. Catatan : Jika
Q > 0 maka terdapat energi yang dibebaskan (reaksi eksotermik). Jika Q < 0 maka terdapat energi yang
diserap (reaksi endotermik). Dengan demikian kita peroleh persamaan Q = KY + Kb
– Ka.
1. Notasi Reaksi Inti
Untuk energi penembakan inti dibawah 100 MeV, reaksi inti
biasa nya menghasilka dua zarah hasil. Reaksi inti dinotasikan dengan :
Dengan
a=
proyektil (zarah penembak)
b=zarah
hasil (ringan)
X=target
(dalam keadaan diam pada sistem laboratorium)
Y=
inti hasil reaksi (zarah berat)
Pada umumnya salah satu hasil reaksi
adalah zarah ringan dan lainnya adalah berupa zarah berat. Dala beberpa kasus b
dan Y identik. Jika b adalah pancaran gamma maka disebut reaksi tangkapan,
dengan Y berupa inti majemuk.
Pada sebagian besar kasus, sebuah reaksi inti menghasilkan lebih
dari dua buah zarah hasil, dan prosesnya terjadi secara berturutan sebagai
berikut:
(11.2)
Pada
dasarnya reaksi nuklir merupakan proses tumbukan antara zarah nuklir dengan
inti atom target. Kemungkinan hasil tumbukan antara proyektil a dengan target X
adalah :
a.
hamburan elastis :
b.
hamburan tak elastis :
c.
reaksi inti :
2.
Klasifikasi
Reaksi Inti
Reaksi inti dapat diklasifikasikan
berdasarkan jenis zarah penembak, energi penembakan, target, dan hasil-hasil
reaks.
Klasifikasi reaksi inti berdasarkan jenis
zarah penembak :
1.
reaksi zarah bermuatan, dihasilkan oleh : proton (p),
2.
reaksi neutron
3.
reaksi fotonuklir, dihasilkan oleh sinar gamma
4.
reaksi imbas elektron (elektron-induced reactions)
Klasifikasi reaksi inti berdasarkan
energi proyektil :
1.
energi thermal
2.
Energi epithermal
3.
Energi neutron lambat
4.
Energi neutron cepat
5.
Zarah bermuatan energi rendah
6.
Energi tinggi
Klasifikasi reaksi inti berdasarkan
target :
1.
inti ringan A<40
2.
inti berat menengah 40 < A<150
3.
Inti berat A>150
Klasifikasi reaksi inti berdasarkan
mekanismenya
1.
reaksi inti majemuk (compound nucleus)
2.
reaksi langsung (direct reaction)
Jika zarah hasil (ringan) identik
dengan proyektil, dan memiliki energi yang identik dalam sistem pusat massa
maka dikenal sebagai reaksi hamburan elastis. Jika besar energi zarah hasil dan
proyektil berbeda disebut hambaran inelastis. Jika hanya sinar gamma yang
terpancar setelah reaksi disebut reaksi penangkap (capture reactions). Jika
inti hasil memiliki massa yang sebanding, disebut reaksi pembelahan
(spallation/fission).
Contoh
reaksi inti :
hamburan
elastis proton
hamburan
inelastis proton
atau
reaksi
(
atau
reaksi
penangkapan proton
atau
reaksi
fotonuklir
atau
reaksi
spalasi
atau
reaksi
ion berat
3.
Mekanisme
Reaksi Inti
Menurut
Weisskop (1954), mekanisme reaksi inti dapat dibayangkan seperti pada peristiwa
jatuhnya berkas cahaya pada sebuah bidang pemukaan, dalam hal ini sebagian
berkas akan diserap oleh bidang dan sebagian zarah proyektil akan dihamburkan
dan sebagian lainnya diserap oleh inti atom target. Tahap-tahap reaksi inti
secara singkat dapat dilihat pada Gambar 11.1 sebagai berikut:
a) Tahap zarah bebas
Pada
tahap ini inti atom targe dipanding sebagai suatu potensial kompleks :
Dengan
adalah potensial real dan
adalah potensial imaginer. Jika V(r)
imaginer maka hanya terjadi serapan saja. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa
pada setiap reaksi inti selalu menjadi hamburan dan serapan, dalam hal inni V(r)
harus kompleks. Pada tahap ini sebagian zarah proyektil di hamburkan secara
elastis dan sebagian diserap inti atom target untuk memasuki tahap inti
majemuk.
Gambar
11.1. Mekanisme Reaksi Inti
Menurut Freshbach, pada tahap penyerapan
terdiri dari tumbukan dua benda. Hal ini berarti bahwa jika zarah proyektil
adalah nukleon tunggal, maka zarah tersebut akan berinteraksi dengan sebuah
nukleon di dalam inti dan mampu menaikkan energi nukleon ke stage energi yang
lebih tinggi seperti tampak pada Gambar 11.2 jika nukleon penumbuk dapat
meninggalkan inti maka akan terjadi reaksi langsung. Jika nukleon penumbuk
tidak mampu meninggalkan inti maka akan terjadi reaksi langsung. Jika nukleon
penumbuk tidak mampu meninggalkan inti
maka akan terjadi interaksi yang lebih kompleks, nukleon tersebut akan berinteraksi dengan
nukleon ke-2 inti atom, sehingga
mengeksitasi inti dalam state kolektif dan sebuah nukleon akan meninggalkan
inti.
Gambar
11.2 tahap pertama reaksi inti menurut teori Freshbach
b) Tahap inti majemuk
Pada
tahap ini sebagian zarah yang diserap dari tahap pertama dihamburkan kembali
dalam hambura elastis majemuk (compound elastic scattering), sebagian lainnya
membentuk inti majemuk atau menuju ke tahap akhir melalui reaksi langsung.
Bukti yang memperlihatkan terjadinya pembentukan inti majemuk dapat diperoleh
dengan penggambar sebagai berikut :
Gambar
11.3 penggambar waktu nuklir
Waktu
yang diperlukan sebuah zarah proyektil untuk melinas diameter inti atom dikenal
sebagai waktu nuklir. Neutron dengan energi
1 MeV ( kecepatannya >> waktu nuklir, menunjukkan bahwa zarah yang
mauk ke dalam inti tidak langsung keluar melainkan berada di dalam inti dalam
selang waktu yang relatif lama untuk membentuk inti majemuk sebelum
berdisintegrasi.
c) Tahap akhir
Pada
tahap ini inti majemuk mengalami disintegrasi dan memancarkan zarah untuk
membentuk inti baru yang stabil. Jika inti majemuk tidak terbentuk maka pada
tahap akhir terjadi reaksi knock-out,
reaksi stripping, reaksi fisi, dan
fusi.
E. Manfaat Radioaktivitas
Radioaktivitas disebut juga peluruhan
radioaktif, yaitu peristiwa terurainya beberapa
inti atom tertentu secara spontan yang diikuti dengan pancaran partikel alfa (inti helium), partikel beta (elektron),
atau radiasi gamma (gelombang
elektromagnetik gelombang pendek). Sinar-sinar yang dipancarkan tersebut
disebut sinar radioaktif, sedangkan zat yang memancarkan sinar radioaktif
disebut dengan zat radioaktif (Susilo, 2016).
Manfaat radioaktif dalam berbagai
bidang kehidupan telah dikembangkan untuk kepentingan manusia, di antaranya adalah
bidang kesehatan dan bidang kedokteran. Dengan
mengetahui sifat-sifat radioisotop dan sinar radiasi yang dipancarkan maka akan
dapat ditemukan kegunaannya di berbagai
bidang. Penggunaan radiaktif isotop diantaranya
adalah:
a. Kegunaan Di Bidang Kedokteran
Isotop
Na-24 di dalam Natrium Clorida (NaCl) digunakan untuk meneliti peredaran darah di dalam tubuh manusia. Selain itu juga
ada Isotop I-131 yang digunakan untuk melihat
cara kerja getah tiroid yang ada di dalam kelenjar gondok. Tidak hanya itu, ada
juga Isotop dari Fe-59 yang di gunakan
untuk menlihat kecepatan produksi sel darah merah di dalam tubuh seseorang (Susilo, 2016).
Radioisotop
juga bisa berfungsi sebagai sumber radiasi yang bisa digunakan untuk terapi penyakit kanker. Terapi kanker tersebut
dilakukan dengan menggunakan radiosotop
Co-60 (Susilo, 2016).
Disamping
untuk terapi, sinar radioisotop kerap dimanfaatkan untuk mensterilkan peralatan kedokteran. Terutama peralatan yang
digunakan saat operasi. Peralatan kedokteran
tentu berbeda dengan peralatan makan sehari-hari. Tidak cukup steril dengan hanya dibersihkan menggunakan air dan
sabun saja. Peralatan kedokteran juga perlu
disterilkan menggunakan sinar gamma dari radioisotop agar benar-benar steril. Dan juga tidak menimbulkan dampak risiko
kepada orang lain ketika harus memakai peralatan
operasi yang sama (Susilo, 2016).
b. Kegunaan Di Bidang Biologi
Isotop
C-14 dan juga Isotop O-17 saat ini digunakan untuk mengamati proses fotosintesis pada tanaman, Selain itu,
Radioisotop dari Natrium dan juga Kalium digunakan dalam penelitian permeabilitas
selaput sel (Susilo, 2016).
c. Kegunaan Di Bidang Pertanian
Radiositop
juga berperan penting di dalam bidang pertanian. Isotop P-32 digunakan untuk mengetahui cara pemupukan yang sesuai
pada tanaman tertentu. Selain itu, Isotop
tsb juga digunakan untuk mengetahui kapan umur tanaman yang baik dan siap diberikan pupuk (Susilo, 2016).
Menarik
sekali karena radioisotop juga dapat menjadikan sebuah tanaman tumbuh subur dan memproduksi tanaman yang unggul.
Bantuan dari sinar gamma mampu menjadikan
sebuah tanaman tumbuh dan memproduksi bibit-bibit yang terbilang unggul (Susilo, 2016).
Selain
itu juga mampu membuat waktu panen berlangsung lebih cepat dibanding tanpa
bantuan dari radio isotop. Sebab sinar gamma digunakan untuk penyinaran dan
mengarah pada perubahan bagian kromosom tanaman atau lebih tepatnya adalah
sifat dari kromosom tanaman. Sehingga akan mengalami perkembangan dan
pertumbuhan yang berbeda dari biasanya.
Selain
itu, fungsi radiasi unsur radioaktif juga berguna untuk:
Ø
Memberantas hama penyakit dengan mengurangi
populasi serangga dengan membuat serangga jantan mandul.
Ø
Mendapatkan bibit tanaman unggul.
Ø
Mengawetkan hasil pertanian seperti bawang dan
lobak agar tidak bertunas saat disimpan (Susilo, 2016).
d. Kegunaan Di Bidang Arkeolog
Bagi
para arkeolog, Radioisotop dari C-14 digunakan sebagai peruntut untuk
mengetahui berapa usia dari fosil yang ditemukan. Umur tanah, dan batuan juga
bisa diketahui dengan bantuan unsur radioaktif (Susilo, 2016).
e. Kegunaan Di Bidang Kimia
Di
dalam laboratorium, radioisotop digunakan dalam beberapa reaksi kimia. Dalam
reaksi esterifikasi yang membentuk ester dari asam karboksilat dan alkohol.
Selain itu digunakan juga pada reaksi fotosintesis di dalam laboratorium
menggunakan radioisotop O-18 (Susilo, 2016).
f.
Kegunaan Di
Bidang Industri
Sinar
radiasi juga sangat penting di dalam dunia produksi industri. Sinar radioisotop
yang mampu menembus logam padat dan membuat plat film jadi hitam digunakan
untuk mendeteksi apakah ada keretakan dan juga mengukur ketebalan pada
bendabenda padat.
Kongkritnya,
radioisotop digunakan untuk:
Ø
Mengukur ketebalan kaca
Ø
Menguji kepadatan benda tanpa merusak benda
tersebut
Ø
Mengukur ketebalan kertas
Ø
Menjaga produksi timah dalam pembuatan kaleng
Ø
Mengawetkan benda-benda dari kayu seperti
kerajinan tangan
Ø
Untuk mengukur efektifitas oli dan aditif pada
mesin (Susilo, 2016).
g. Kegunaan Di Bidang Hidrologi
Raadioisotop
juga di gunakan untuk melihat endapan lumpur di sungai dan danau tertentu.
Dengan begitu akan diketahui kapan dan dititik mana perlu dilakukan pengendapan
pada sungai atau danau tertentu. Selain itu, pemanfaatan dalam bidang hidrologi
adalah berguna untuk mengetahui kecepatan aliran sungai, serta mendeteksi
apakah ada kebocoran pada pipa air bawah tanah (Susilo, 2016).
F. Dampak Radioaktvitas
Jika radiasi mengenai tubuh, maka
terjadilah ionisasi dan eksistasi molekul-molekul sebagai akibat langsung
ataupun tak langsung. Dengan adanya ionisasi terjadilah radikal-radikal bebas
yang sangat reaktif terhadap molekul-molekul. Radikal bebas ini merusak sel,
yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur atau fungsi sel melalui
rentetan reaksi sekunder. Berkaitan dengan pengaruh radiasi pada tubuh manusia,
perlu dikenalkan beberapa istilah sebagai berikut:
Ø
Efek somatik, jika radiasi mempengaruhi sel
somatik sehingga pengaruhnya muncul pada diri individu yang menerima radiasi.
Ø
Efek genetik atau menurun, jika radiasi
mempengaruhi sel-sel germinal sehingga pengaruhnya muncul pada keturunan orang
yang terkena radiasi.
Ø
Efek akut, jika pengaruhnya muncul dalam
beberapa minggu.
Ø
Efek menahun, jika pengaruhnya muncul dalam
beberapa tahun setelah irradiasi.
Ø
Efek non stokastik yaitu adanya hubungan sebab
akibat yang pasti antara dosisi radiasi yang diterima dengan pengaruh yang
ditimbulkannya, baik pada individu yang terkena irradiasi atau pada generasi
keturunannya.
Ø
Efek stokastik, yaitu adanya hubungan sebab
akibat yang tidak pasti (Susilo, 2016).
a. Efek Somatik Non Stokastik
Efek somatik non stokastik dapat
dikatakan sebagai efek yang disebabkan oleh tidak bekerjanya sejumlah sel dalam
jaringan yang terkena radiasi, terutama pada jaringan yang mempunyai laju
pergantian sel tinggi. Hal ini akan menimbulkan hilangnya elemen-elemen
jaringan pembawa fungsi spesifik dan gejala klinisnya dapat dilihat dengan
hilangnya fungsi tersebut. Sebagai contoh, apabila sel sum-sum tulang terbunuh,
maka penyediaan sel darah putih dalam tubuh akan berkurang atau terhenti,
sebagai akibatnya orang tersebut mudah terkena infeksi. Pada kerusakan pada sel
tertentu akan menimbulkan efek spesifik. Efek tersebut akan makin besar dengan
meningkatnya dosis, tetapi sebaliknya efek ini tak akan timbul dibawah pengaruh
dosis ambang. Seseorang dapat terkena iradiasi pada beberapa bagian tubuh saja
atau seluruh tubuh. Misalnya pada kulit, menimbulkan luka bakar pada gonad
menimbulkan kemandulan sementara, dalam sumsum tulang menimbulkan infeksi.
Irradiasi pada saluran tubuh akan menghasilkan syndrome organ tubuh, yang
tingkat kerusakannya bervariasi tergantung besarnya dosis (Susilo, 2016).
Efek somatik non stokastik hanya
terjadi sesudah terjadinya penyerapan dosis radiasi tinggi. Pada keadaan normal
efek somatik non stokastik dapat dicegah dengan mentaati nilai batas tertinggi
dari dosis yang telah ditetapkan jauh dibawah nilai ambang (Susilo, 2016).
b. Efek Somantik Stokastik
Efek ini timbul apabila radiasi yang
menyebabkan terjadinya kelainan dalam tubuh yang bersifat stokastik, misalnya
efek ini muncul secara acak dalam suatu populasi yang terkena iradiasi dengan
dosis yang sama. Efek radiasi jenis ini dapat terjadi karena penerimaan dosis
tinggi dalam waktu singkat (dosis akut) atau dosis kecil dalam waktu panjang
secara terus menerus (dosis kronis). Pada umumnya efek radiasi ini timbul dalam
jangka waktu lama setelah irradiasi, sehingga sering disebut efek tertunda.
Sebagai contoh: kanker paru-paru pada pekerja tambang uranium, leukimia pada
para korban bom atom yang selamat, kanker tulang pada pengecat jam radium (Susilo, 2016).
G. Miskonsepsi Dalam Materi Radioaktivitas
Dalam pembelajaran fisika sering kali siswa
mengalami miskonsepsi dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Hal
tersebut mungkin saja terjadi diakibatkan karena kesalahan dalam cara
penyampaian guru. Miskonsepsi dalam pembelajaran fisika di bidang
Radioaktivitas. Berdasarkan hasil penelitian kami banyak sekali peserta didik
yang tidak mengerti dalam materi Radioaktivitas, bagaimana akan terjadi
miskonsespi bila pemahaman terhadap materi radioaktivitas saja tidak mengerti.
Hal ini disebabkan karena tidak tersampaikannya materi radioaktivitas karena
terbatas waktu sehingga menyebabkan peserta didik kurang memahami dalam materi
Radioaktivitas.
Selain secara langsung, untuk mencari informasi terkait miskonsepsi peserta didik pada inti
atom dan radioaktivitas ini, kami telah menganalisis
beberapa jurnal dan hasilnya sebagai berikut.
1.
Jurnal 1
Judul : PENGEMBANGAN LABORATORIUM VIRTUAL
BERBASIS VRML (VIRTUAL REALITY MODELLING LANGUAGE)
Pada jurnal ini beri
tenang sebuah pengembangan Laboratorium yang digunakan untuk pembelajaran
peserta didik agar peserta didik dapat memahami materi dengan baik ada prinsipnya
pembuatan media pembelajaran laboratorium virtual ini menitikberatkan pada
pembuatan simulasi dengan bahasa pemrograman VRML (Virtual Reality Modelling
Language). Hasil penelitian dalam pengembangan media pembelajaran laboratorium
virtual berbasis VRML memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
laboratorium virtual berbasis VRML yaitu media dapat digunakan secara online
maupun offline. Proses loading file simulasi yang dibuat dengan menggunakan
VRML tidak berlangsung lama dan tidak membutuhkan memori yang besar. Selain itu
media dapat memvisualisasikan gerak partikel pada materi teori kinetik gas
dalam bentuk 3D. Kelemahan dari laboratorium virtual berbasis VRML adalah
proses pembuatan simulasi menggunakan bahasa pemrograman VRML menggunakan coding
sehingga untuk pemula membutuhkan waktu yang cukup lama. Proses instalasi
program cukup sulit dilakukan jika komputer yang digunakan tidak memenuhi
spesifikasi minimal program (Sofi'ah & Sugiyanto, 2017).
2.
Jurnal 2
Judul : Menentukan Waktu Paroh dan Konstanta
Analogi Disintegrasi Radioaktif dengan Alat Peraga Pembelajaran Analogi
Disintegrasi Radioaktif dari Botol Plastik
Jurnal ini berisi
tentang upaya untuk mencari model pembelajaran peluruhan radioaktif yang mudah dipahami
dan menarik serta dapat diamati, yakni Alat Peraga Pembelajaran Analogi
Disintegrasi Dari Botol Plastik (Model Tabung Torricelli). Dengan menggunakan
alat peraga pembelajaran analogi disintegrasi radioaktif dari botol plastik ini
diharapkan: Secara teoritis, menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang
perlunya alat peraga analogi disintegrasi radioaktif dalam pembelajaran
kompetensi / konsep disintegrasi radioaktif. Manfaat secara praktis; Bagi guru
: (i) Memberi masukan dan menambah wawasan bagi guru Fisika dalam melaksanakan
proses pembelajaran di sekolah. (ii) Dapat memudahkan guru dalam penyampaikan
materi pembelajaran kompetensi / konsep disintegrasi radioaktif. Bagi siswa :
(i) Dapat memudahkan siswa dalam memahami konsep fisika, terutama konsep disintegrasi radioaktif. (ii) Dapat memiliki
menggambarkan karakteristik analogi disintegrasi radioaktif (waktu paruh dan
konstanta disintegrasi). (iii) Dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar
konsep disintegrasi radioaktif. (iv) Dapat meningkatkan daya serap siswa pada
kompetensi dasar disintegrasi radioaktif. (v) Dapat memotivasi siswa aktif
dalam kerja kelompok. Dengan penggunaan analogi ini diharapkan peserta didik
mampu memahami materi dengan cepat (suparjo, 2014)
3.
Jurnal 3
Judul : Pengembangan Media Pembelajaran
Laboratorium Virtual untuk Mengatasi Miskonsepsi Pada Materi Fisika Inti di
SMAN 1 Binamu, Jeneponto
Jurnal ini berisi
tentang 1) media laboratorium virtual model presentasi dan tutorial pada materi
aktivitas zat radioaktif dan daya tembus sinar radioaktif diperoleh hasil valid
dan reliabel. Setiap tampilan dilengkapi navigasi, petunjuk, hyperlink,dan
fasilitas lainnya untuk memudahkan penggunaan program, (2) perangkat
pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Buku Bacaan, dan Lembar
Kerja Peserta Didik selain dibuat dalam bentuk hardcopy, juga softcopy autorun
CD. Penilaian menunjukkan valid dan reliabel, (3) aktivitas peserta didik di
atas 85%, menunjukkan pembelajaran yang dilakukan mampu mengaktifkan peserta
didik. Persentase persepsi peserta didik adalah 93,05% menunjukkan sangat
setuju terhadap pembelajaran fisika berbasis media laboratorium virtual, (4)
berdasarkan tes akhir, terjadi peningkatan pemahaman konsep yang baik peserta
didik dibandingkan sebelum diberi media laboratorium virtual. Hal ini menjadi
solusi untuk mengatasi miskonsepsi pada materi Radioaktivitas (Swandi, Hidayah, &
Irsan, 2014).
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Bedasarakan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa:
1. Atom tersusun atas electron, proton dan neutron
2. Selisih
antara massa nucleon dan massa inti disebut massa defek. Massa defek ini
berubah menjadi energi yang mengikat inti, yakni energi ikat inti.
3. Radioaktifitas
adalah pemancaran sinar-sinar radioaktif secara spontan dengan disertai
peluruhan atom menjadi inti yang lain.
4. Dalam radiaoktivitas terdapa pemancaran sinar atau
peluruhan sinar yakni sinar alfa, beta dan gamma.
5. Radiaoktivitas sanagt bermanfaat dibidang
kedokteran, pertanian, biologi dll.
6. Dampak dari suatu radioaktivitas yaitu apabila
seseorang terkena radiasi nuklir maka akan mengakibatkan divonis cacat bahkan
kematian.
B. Saran
Saran yang kami ajukan adalah :
1.
Ditujukan untuk guru
Guru
pada dasarnya harus memiliki keterampilan mengajar yang lebih, sehingga inovasi
dalam pembelajaran fisika selalu berkembang, dan peserta didik akan merasa
tertarik dan nyaman saat pembelajaran fisika berlangsung.
2.
Ditujukan untuk peserta didik
Peserta
didik harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, serta pemikiran yang kritis,
sehingga tidak ditemukannya kesalahan konsep yang dapat berakibat fatal bagi
pemahaman siswa ke materi selanjutnya.
Daftar Pustaka
Halliday, D., Resnick, R., & Walker, J. (2010). Fisika
Dasar. Jakarta: Erlangga.
Kusminarto. (2011). Esensi
Fisika Modern. Yogyakarta : CV. ANDI OFFSET.
Mantap Kuasai Konsep
Fisika untuk Kelas X, XI, XII SMA.
(2013). Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.
Saripudin, A., K, D. R.,
& Suganda, A. (2009). FISIKA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Sofi'ah, S., & Sugiyanto,
S. (2017). PENGEMBANGAN LABORATORIUM VIRTUAL BERBASIS VRML (VIRTUAL REALITY
MODELLING LANGUAGE). 28031-1-10-20170406.pdf.
suparjo. (2014). Menentukan
Waktu Paroh dan Konstanta Analogi Disintegrasi Radioaktif dengan Alat Peraga
Pembelajaran Analogi Disintegrasi Radioaktif dari Botol Plastik. 5396-11691-1-SM.pd.
Susilo. (2016).
Radioaktivitas dan Perangkatnya. 184-Fisika-Bab-15-Radio-Aktivitas-dan-Perangkatnya.pd.
Swandi, A., Hidayah, S. N.,
& Irsan. (2014). Pengembangan Media Pembelajaran Laboratorium Virtual
untuk Mengatasi Miskonsepsi Pada Materi Fisika Inti di SMAN 1 Binamu,
Jeneponto . 923-2916-1-PB.pd.
Wiyatmo, Y. (2012). Fisika
Nuklir. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Wiyatmo, Y. (2012). FISIKA
NUKLIR. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zaelani, A., Cunayah, C.,
& Irawan, E. I. (2013). Bimbingan Pemantapan Fisika . Bandung:
YRAMA WIDYA.
Hasil Wawancara Guru dan Peserta Didik Terkait Materi Radioaktivitas
Instrumen
Wawancara Guru tentang pengajaran materi
Inti
Atom dan Radioaktivitas
1. Berapa
pertemuan yang dilakukan untuk membahas materi Inti atom dan Radioaktivitas
kepada siswa kelas XII ?
Jawab
Guru
1 : dalam materi ini saya biasa nya melakukan tiga minggu, 1 minggu nya 2 kali
pertemuan berarti 2 pertemuan dalam 1 minggu per 2 jam setiap pertemuannya.
Guru
2 : biasa nya cukup 2 pertemuan saja
Guru
3 : biasanya 2 pertemuan saja
2. Apa
yang dilakukan untuk membangun konsep awal peserta didik tentang Inti atom dan
Radioaktivitas ?
Jawab
Guru
1 : melakukan apersiapsi dengan materi Atom
Guru
2 : sebelum pembelajaran anak disuruh menliterasi materi terlebih dahulu
Guru
3: sebelum pembelajaran dikaitkan dulu dengan kehidupan sehari-hari.
3. Bagaimana
Pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan materi inti atom dan
Radioaktivitas kepada siswa kelas XII ?
Jawab
:
Guru
1 : Pendekatan pembelajaran yang efektif untuk materi ini harus saintifik
karena kurikulum 2013 pendekatannya harus sainstifik.
Guru
2 : Metode pembelajaran yang digunakan yaitu motode ceramah karena kelas 12
masih menggunakan kurikulum KTSP.
Guru
3: Pendekatannya melalui Video animasi agar peserta didik lebih terbayang dalam
memahami materi
4. Apakah
diperlukan media Pembelajaran ketika proses pembelajaran mengenai materi Inti
atom dan radioaktivitas? Jika perlu mengapa?
Jawab
:
Guru
1 : Pastinya diperlukan, terutama konsep atom, yang perlu digambarkan sehingga
anak-anak mengerti maka saya menggunakan power point untuk media penyampaianya
Guru
2 : diperlukan, dengan menggunakan proyektor untuk menampilkan gambar atau
video sehingga dapat menunjukkan mana elektron dan mana proton.
Guru
3 : Sangat diperlukan karena itu
berpengaruh pada pemahaman peserta didik terhadap materi
5. Apakah
diperlukan praktikum ketika proses pembelajaran mengenai materi Inti atom dan
radioaktivitas? Jika perlu mengapa?
Jawab
:
Guru
1 : untuk praktikum saya rasa sub-materi waktu paruh perlu dilakukan dengan
menggunakan kacang ijo. Tetapi praktikum tersebut tidak dapat dilaksanakan di
sekolah.
Guru
2 : Diperlukan, hanya saja alat nya terbatas jadi hanya sekedar membuat
project.
Guru
3 : Tidak terlalu diperlukan karena materinya terbatas dan alat set praktikum
kurang di fasilitasi oleh sekolah.
6. Apakah
ada menjadi kendala ketika mengajarkan materi Inti atom dan radioaktivitas?
Jawab
:
Guru
1 : ada, terutama ketika menyampaikan submateri peluruhan karena peluruhan itu
abstrak dijelaskan.
Guru
2 : kendala nya banyak salahsatunya gaya dan cara peserta didik belajar karena
setiap peserta didik mempunyai gaya nya masing-masing. dan juga penyampaian
materi untuk bisa dipahami oleh siswa yang dibawah standar.
Guru
3 : yang menjadi kendalanya adalah peserta didik sangat sulit untuk
dikondisikan dalam memahami karena materi yang dibahas termasuk kategori
abstrak.
7. Apakah
sering terjadi miskonsepsi pada materi Inti atom dan radioaktivitas? Jika
sering, apa saja yang menjadi miskonsepsinya?
Jawab
Guru
1: Anak-anak ditanya mengapa inti atom dapat meluruh, anak-anak beranggapan ada
zat lain yang mempengaruhinya, selain itu ketika peluruhan terjadi sinarnya
banyak, mereka bertanya-tanya mengapa terjadi seperti itu.
Guru
2 : paling di inti atom, anak-anak suka ketukar dengan model-model atom. Dan
dipengerjaan soal.
Guru
3 : Miskonsepsi pasti ada, hanya saja bagaimana terjadi miskonsepi apabila
faham terhadap materinya saja tidak, hal ini karena jarang tersampaikannya
materi yang disebabkan waktu tidak memadai.
8. Mengapa
Miskonsepsi tersebut dapat terjadi?
Jawab
:
Guru
1 : karena mereka baru mengetahui materi tersebut dan tidak membaca sebelum
dilakukan pembelajaran
Guru
2 : bisa dari pihak guru yang salah menyampaikan atau dari pihak anaknya yang
kurang tanggap terhadap pembelajaran.
Guru
3 : Karena kurangnya sumber pembelajaran yang dapat mengantisipasi siswa
miskonsepsi atau ketidakfahaman terhadap materi.
9. Bagaimana
cara menanggulangi dari miskonsepsi siswa terhadap materi Inti atom dan
radioaktivitas?
Jawab
:
Guru
1 : ketika pembangunan konsep awal diberikan visualisasi tentang materi yang
terjadi miskonsepsi
Guru
2 : mencari sumber lain
Guru
3 : Media pembelajaran yang menarik dan waktu yang disediakan lebih banyak.
10. Bagaimana
mengetahui siswa tersebut mengalami miskonsepsi?
Jawab
:
Guru
1 : ketika melakukan apersepsi
Guru
2 : hasil dari pengerjaan soal
Guru
3 : -
11. Bagaimana
cara efektif mengajarkan materi Fisika Inti dan Radioaktif kepada siswa kelas
XII supaya miskonsepsi dapat diantisipasi dari awal?
Jawab
:
Guru
1 : anak-anak dibuat kelompok dan mencari informasi dari buku-buku lalu
dipresentasikan, cara tersebut efektif untuk mengefisiensikan waktu
pembelajaran di kelas 12.
Guru
2 : menggunakan media
Guru
3 : Menggunakan media Pembelajaran agar dapat menarik perhatian mereka supaya
bisa diajak belajar secara intens.
Hasil Analisis :
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, pembangunan konsep
awal diperlukan untuk mengetahui apakah siswa mengalami miskonsepsi atau tidak.
Perlunya apersepi dan literasi sebelum memasuki pembelajaran inti agar siswa
mampu membangun konsep awal dengan gaya dan cara belajar masing-masing.
Pendekatan pembelajaran dalam mengajarkan materi tersebut harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan kurikulum yang berlaku jika sekolah tersebut dalam pembelajaran
sudah dipakai kurikulum 2013 maka akan efisien jika digunakan pendekatan yang
sainstifik. Peran media pembelajaran dalam menyampaikan materi tersebut sangat
dibutuhkan karena materi tersebut abstrak sehingga perlu di visualisasikan.
Sama hal nya dengan praktikum, para guru mengharapkan mampu melakukan praktikum
untuk materi tersebut hanya saja terbatas oleh peralatan praktikum yang
tersedia disekolah. Kendala dalam mengajarkan materi ini adalah kemampuan siswa
menyerap pembelajaran dikelas karena materi tersebut terbilang baru untuk
mereka dan setiap siswa memiliki gaya belajarnya tersendiri. Kebanyak siswa
masih mengalami miskonsepsi di materi peluruhan dan model atom. Hal tersebut
disebabkan karena keterbatas waktu penyampaian dari guru sehingga penjabaran
tidak begitu mendetail akibatnya materi tersebut terbilang baru selain itu
mungkinkan salah penyampaian dari guru nya tersebut. Untuk mengetahui siswa
mengalami miskonsepsi atau tidak dapat ditinjau dari apersepsi dan test setelah
pembelajaran. Cara menanggulangi miskonsepsi tersebut bisa dengan menyuruh
siswa mencari sumber lain secara mandiri atau pun berdiskusi dengan teman
sebaya nya. Cara yang paling efektif dalam mengajarkan materi tersebut yaitu
menggunakan media untuk mampu menampilkan gambar atau video (memvisualisasikan)
materi fisika inti dan radioaktif.
Instrumen
Wawancara Siswa tentang pengajaran materi
Inti
Atom dan Radioaktivitas
1.
Apakah menurut kalian mata pelajaran fisika
adalah mata pelajaran yang mudah untuk dipelajari?
Siswa 1 : Susah
Siswa 2 : Sangat susah
Siswa 3 : Sangat susah karena abstrak
2. Apakah
kalian tertarik pada mata pelajaran fisika?
Siswa 1 : Tidak
Siswa 2 : Sedikit
Siswa 3 : Lumayan
3. Apakah
fisika sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari?
Siswa 1 : Iya
Siswa 2 : iya tetapi tidak semua dapat
ditemukan
Siswa 3 : Sebagian
4. Apakah
materi fisika dalam pembelajaran sering dikaitkan dengan ilmu agama?
Siswa 1 : Sering
Siswa 2 : Sering
Siswa 3 : Lumayan
5. Apakah
kegiatan pembelajaran fisika juga ditunjang dengan kegiatan praktikum?
Siswa 1 : Tidak
Siswa 2 : Tidak
Siswa 3 : Tidak
6. Menurut
kalian materi fisika apa yang paling dianggap sulit untuk dipelajari?
Siswa 1 : Banyak, salah satunya Radioaktivitas
Siswa 2 : Radioaktivitas
Siswa 3 : Radioaktivitas
7. Apakah
menurut kalian materi fisika tentang atom dan radioaktivitas dianggap sulit?
Siswa 1 : Sulit
Siswa 2 : Sangat sulit
Siswa 3 : Sangat sulit karena abstrak
8. Apa yang
kalian ketahui tentang inti atom?
Siswa 1 : Atom adalah yang terdiri dari
electron, proton dan neutron
Siswa 2 : Atom adalah yang terdiri dari
electron, proton dan neutron dan yang bergeraknya adalah electron.
Siswa 3 : Atom adalah yang terdiri dari
electron, proton dan neutron
9. Jika ada
sebuah electron dan sebuah proton kemudian saling Tarik menarik, inti atom yang manakah yang tertarik terlebih
dahulu?
Siswa 1 : Elektron
Siswa 2 : Elektron
Siswa 3 : Proton
10. Jika ada
inti atom, maka sering dikaitkan dengan peluruhan, menurut kalian apa itu
peluruhan?
Siswa 1
: Tidak Tahu
Siswa 2
: nomor atom dan nomor massanya berkurang
Siswa 3
: Tidak faham
11. Jika
guru menjelaskan materi tentang inti atom dan peluruhan apakah sering
menggunakan pengandaian dalam kehidupan sehari-hari? Mengapa demikian?
Siswa 1 : Sering, agar cepat faham
Siswa 2 : Sangat sering karena akan berpengaruh
terhadap pemahaman siswa
Siswa 3 : Sering, karena agar cepat mengerti
Catatan: Dikarenakan semua peserta didik kelas
12 telah lulus, jadi peneliti hanya mewawancara siswa yang ada saja yakni 3
orang, dengan itu kami dapat mendapat sebuah informasoi mengenai materi
Radioaktivitas.
Komentar
Posting Komentar