SEMIKONDUKTOR DAN DIODA SEMIKONDUKTOR
SEMIKONDUKTOR DAN DIODA SEMIKONDUKTOR
MAKALAH
Diajukan Sebagai
Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Elektronika Dasar
Dosen
Pengampu : 1. Diah
Mulhayatiah S.Si M. Pd
2. Winda Setya S. Si
M. Sc
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
NENG IMIYATI 1162070050
SANI SAFITRI 1162070063
VEGGY ARIANI 1162070073
YOGI FALAHUDIN 1162070076
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2017
Kata
Pengantar
Assalamu’alaikum
Wr. Wb
Puji dan syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan pertolongan-Nya kami dapat menyusun makalah tentang Semikonduktor. Shalawat berserta salam, semoga tercurah
limpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, tak lupa kepada keluarga, sahabat,
dan semoga sampai kepada kita sebagai umatnya.
Makalah
ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami
sadar bahwa masih banyak kekurangan yang
terdapat pada makalah ini, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik yang membangun dari para pembaca, akhir
kata kami ucapkan Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Bandung, September
2017
Penyusun
Daftar
Isi
Daftar Isi……………………………………………………………………:ii
Kata Pengantar…………....………………………………………………...:iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………….…………………….:1
A.
Rumusan Masalah…………………………………………………..:1
B.
Tujuan Penulisan……………………………………………………:1
BAB II PEMBAHASAN MATERI……………………………..………….:2
A. Teori Semikonduktor………………………………………….…….:2
B. Semikonduktor………..………………………………………...….:14
C. Semikonduktor Intrinsik....................................................................:15
D. Semikonduktor Ekstrinsik……..…………………………………...:19
E. Semikonduktor Tipe-n……………………………….………….….:20
F. Semikonduktor Tipe-p………………...…………………………....:24
G.
Dioda
Semikonduktor………………………………………….......: 34
BAB III PENUTUP………………………………………………………..: 79
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..…….: 81
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah pada penulisan makalah ini,
adalah:
1.
Apa
yang dimaksud dengan semikonduktor?
2.
Apa
yang dimaksud dengan semikonduktor intrinsik?
3.
Apa
yang dimaksud dengan semikonduktor ekstrinsik?
4.
Apa
yang dimaksud dengan semikonduktor tipe-n?
5.
Apa
yang dimaksud dengan semikonduktor tipe-p?
6.
Apa
yang dimaksud dengan Dioda semikonduktor?
B. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan pada penulisan makalah ini, adalah:
1.
Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan semikonduktor
2.
Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan semikonduktor intrinsik
3.
Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan semikonduktor ekstrinsik
4.
Untuk
mengetahui yang dimaksud semikonduktor tipe-n
5.
Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan semikonduktor tipe-p
6.
Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan Dioda semikonduktor
BAB
II
PEMBAHASAN
MATERI
A. Teori
Semikonduktor
1.
Struktur
Atom
Bohr mengidealkan atom. Ia melihatnya sebagai inti yang
dikelilingi oleh electron-elektron yang mengorbit. Inti atom mempunyai muatan
positif dan menarik electron. Electron akan jatuh kedalam inti bila tanpa gaya
centrifugal dalam gerakannya. Jika electron bergerak dalam orbit yang stabil ia mempunyai kecepatan yang
sesuai untuk gaya centrifugal untuk mengimbangi penarikan inti. Makin dekat
electron pada inti atom, ia harus bergerak lebih cepat untuk mengimbangi
penarikan inti.
Gambar
Model Bohr. Sumber: (Malvino, 1981)
Gambar
diatas sukar menunjukkan atom-atom yang rumit. Oleh sebab itu, kita kerap kali
mengimbangkan atom dalam dua dimensi. Atom silicon terisolir mempunyai 14
proton dalam intinya. Dua electron pada orbit pertama, delapan electron pada
orbit kedua dan empat pada orbit terluar atau orbit valensi. 14 elektron yang berputar menetralkan muatan dari inti
atom sehingga dari luar atom (secara listrik) adalah netral.
Gambar
b menunjukkan atom germanium terisolir. Perhatikan 32 proton dalam inti atom
dan 32 elektron, sama seperti silicon. Oleh sebab itu, silicon dan germanium
disebut elemen tetravalent.
(Tetravalent berarti mempunyai 4 elektron valensi). (Malvino, 1981)
Gambar (a) Atom Silikon, (b) Atom Germanium. Sumber: (Malvino, 1981)
2.
Jari-jari
Orbital
Anda mungkin berfikir
bahwa electron dapat bergerak dalam orbit dengan jari-jari yang berbeda, sesuai
dengan kecepatan yang dimilkinya. Fisika modern mengatakan hal yang
sebaliknya.: hanya ukuran orbit-orbit tertentu yang diizinkan. Dengan perkataan
lain, beberapa jari-jari tidak diizinkan.
Sebagai contoh, orbit
terkecil dalam atom hydrogen mempunyai jari-jari:
r1
= 0.53 (10-10) m
orbit berikutnya yang diizinkan mempunyai jari-jari
r2
= 2.12 (10-10) m
Semua jari-jari r1 dan r2
terlarang. Tidak peduli berapa kecepatannya, electron tak dapat tetap dalam
orbit stabil jika besarnya jari-jari terletak antara r1 dan r2.
Mengapa electron dapat bergerak hanya pada orbit
ukuran tertentu? Electron tampil dengan 2 wujud yang berbeda dalam waktu yang
bersamaan. Dalam beberapa percobaan, ia berlaku sebagai pertikel, sesuatu dengan massa tergumpal, dalam percobaan yang lain
ia berlaku sebagai gelombang, sesuatu dengan getaran periodic dalam ruang.
Kita tidak dapat membahas topik ini terlalu jauh,
tetapi kita hanya dapat katakana orbit electron harus memenuhi tidak hanya
persamaan-persamaan untuk keadaannya sebagai partikel, tetapi juga
persamaan-persamaan untuk keadaannya sebagaai gelombang. Karena ia gelombang,
electron hanya dapat cocok ke dalam orbit dimana sekelilingnya sama dengan panjang gelombang electron atau beberapa
kelipatannya. (panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh gelombang dalam
perioda). (Malvino, 1981)
3. Level
Energi
Dalam
gambar a, energi diperlukan untk memindahkan electron dari orbit yang lebih
kecil ke orbit yang lebih besar Karena kerja harus dilakukan untuk mengatasi
penarikan oleh inti. Oleh sebab itu, makin besar orbit elektrin, makin besar
energi potensialnya berkenaan dengan inti.
Agar
mudah menggambarkannya, kita dapat menggambarkan lengkungan orbit sebagai garis
datar seperti pada gambar b, orbit
pertama menyatakan level energi
pertama, orbit kedua adalah level energi kedua dan seterusnya. Makin tinggi
level energi, makin besar energi electron dan makin besar orbitnya.
Gambar (a)
Atom yang diperbesar, (b) Level Energi.Sumber: (Malvino, 1981)
Jika energi luar seperti panas, cahaya
dan radiasi lain membom atom, ini akan dapat mengangkat electron ke level
energi yang lebih tinggi (orbit yang lebih besar). Dengan demikian diperoleh
atom sedang dalam keadaan eksitasi.
Keadaan ini tidak tertahan lama Karena electron segera kembali ke level energi
semula. Pada saat ia jatuh, ia memberikan kembali energi yang diperoleh ke
dalam bentuk panas, cahaya atau radiasi lain.
Gambar
(a) Elektron menyerap energi, (b) Keadaan eksitasi, (c) Elektron memancarkan
energi. Sumber: (Malvino, 1981)
Gambar diatas menyimpulkan proses
eksitasi dan radiasi. Panah bergelombang pada gambar a menyatakan energi yang masuk. Karen electron menyerap energi
lain, energi totalnya bertambah: oleh sebab itu ia dapat melepaskan tarikan
inti dan pindah ke dalam orbit yang lebih besar (lihat gambar b). sekarang atom
dalam keadaan eksitasi. Setelah saat electron jatuh kembali ke orbitnya semula.
Karenanya ia memancarkan energi seperti ditunjukkan dalam gambar c.
Level energi penting Karena menunjukkan
bagaimana bekerjanya display beefluoresen (fluorescent displays), diode
pemancar sinar (Light-emitting diodes), photodiode dan transistor. (Malvino, 1981)
4. Kristal
Jika
atom-atom bergabung membentuk padatan (solid), mereka mengatur dirinya sendiri
dalam pola tataan tertentu yang disebut kristal.
Gaya saling memegang dari atom merupakan ikatan
kovalen. Untuk melukiskan ikatan kovalen kita akan menyelidiki silicon.
Atom
silicon terisolir mempunyai 4 elektron dalam orbit valensinya. Untuk alasan
yang diliputi persamaan-persamaan tingkat lanjut, atom silicon yang bergabung
mempunyai 8 elektron dalam orbit valensi. Untuk mengatasi ini, tiap atom
silicon mendudukan dirinya antara 4 atom sislikon lainnya (lihat gambar a
dibawah). Masing-masing tetangga membagi electron dengan atom pusat. Dengan
jalan ini, atom pusat mengambil 4 elektron, membentuk 8 elektron dalam orbit
valensi. Sebenarnya, electron tidak selamanya milik satu atom, mereka dibagi
oleh atom-atom yang berbatasan. Pembagian ini yang membentuk ikatan kovalen.
Gambar
b melambangkan pembagian timbal balik dari electron. Tiap garis mewakili
electron yang terbagi. Tiap electron terbagi membentuk ikatan antara atom pusat
dan tetangganya. Dengan alasan ilmiah, kita sebut masing-masing garis sebagai
ikatan kovalen.
Gambar (a) Ikatan kovalen, (b) Diagram ikatan, (c) Hole, (d)
Ikatan putus. Sumber: (Malvino, 1981)
Jika energi luar mengangkut electron
valensi ke level energi yang lebih tinggi (orbit lebih besar), electron yang
keluar meninggalkan dalam orbit terluar (lihat gambar c). kita namakan lowongan
in sebagai hole. Hole ekivalen dengan ikatan kovalen yang putus dan
dilambangkan gambar d. (Malvino, 1981)
5.
Pita
Energi (Energi Bands)
Ketika atom silicon
membentuk kristal, orbit electron bukan hanya dipengaruhi oleh muatan dalam
atomnya sendiri tetapi juga oleh inti electron setiap atom lain didalam
kristal. Karena setiap electron mempunyai kedudukan yang berbeda didalam
kristal, tidak ada dua electron terlihat benar-benar mempunyai pattern muatan
sekeliling yang sama. Oeleh sebab itu, orbit tiap electron berbeda.
Gambar dibawah ini menunjukkan
apa yang terjadi dengan level energi. Semua electron yang bergerak dalam orbit
pertama mempunyai level energi yang sedikit berbeda Karena tidak ada dua yang
benar-benar terlihat mempunyai lingkungan muatan yang sama. Karena ada
bermilyar-milyar electron orbit pertama, level energi yang sedikit berbeda
membentuk kelompok atau pita. Sama halnya bermilyar electron orbit kedua, semua
dengan level energi yang sedikit berbeda, membentuk pita energi kedua seperti
yang ditunjukkan pada gambar. Dan semua electron orbit ketiga memebentuk pita
ketiga.
Gambar
pita energi. Sumber: (Malvino, 1981)
Gambar yang ditemukan diatas menunjukkan
pita energi. Ini akan menjadi cara kami untuk menunjukkan pita yang terisi atau
saturasi: yaitu setiap orbit yang diizinkan ditempati oleh electron. Gambar
diatas menunjukkan pita energi pada kristal silicon pada suhu nol mutlak (-273oC). (Malvino, 1981)
6.
Konduksi
Dalam Kristal
Gambar
dibawah ini menunjukkan sebatang silicon dengan logam pada bagian
ujungnya-ujungnya. Tegangan luar membentuk medan listrik antara ujung-ujung
kristal. Apakah mengalir arus? Itu tergantung. Pada apa? Pada adakah electron
yang dapat bergerak di dalam kristal.
a)
Nol
mutlak
Pada
sushu nol mutlak, electron tidak dapat bergerak melalui kristal. Semua electron
dipegang kuat oleh atom-atom silicon. Electron orbit terdalam terdukubur dalam
didalam atom, electron orbit terluar merupakan bagian dari ikatan kovalen dan tidak
dapat putus tanpa menerima energi dari luar. Oleh sebeb itu, pada suhu nol
mutlak, kristal silicon berlaku seperti isolator sempurna.
Gambar
dibawah bagian b menunjukkan diagram pita energi. Tiga pita pertama terisi dan
electron tidak dapat bergerak dengan mudah dalam pita-pita ini. Tetapi diatas
pita valensi terdapat vita konduksi
(cinduction band). Pita ini mewakili kelompok jari-jari berkutnya yang lebih
besar yang memenuhi keadaan gelombang partikel dari electron. Orbit-orbit dalam
pita konduksi sangat besar sehingga penarikan inti diabaikan. Dengan kata lain,
jika electron dapat diangkat kedalam pita konduksi, ini sebenarnya bebas untuk
bergerak dari satu atom ke atom berikutnya. Inilah mengapa electron-elektron
dalam pita konduksi kerpa kali disebut electron
bebas (free electron).
Gambar (a) Rangkaian,
(b) Pita-pita energi pada suhu nol absolut. Sumber: (Malvino, 1981)
Pada
suhu nol mutlak, pita kondisi kosong. Ini berarti tak ada electron yang mempunyai
cukup besar untuk bergerak dalam orbit pita konduksi.
b)
Diatas
nol mutlak
Naikkan
suhu diatas nol
mutlak dan sesuatu yang akan berubah. Energi panas yang datang memutuskan
beberapa ikatan kovalen, energi ini memukul electron valensi kedalam pita konduksi.
Dalam cara ini, kita peroleh electron pita konduksi dalam jumalh batas yang
dilambangkan dengan tanda negative pada gambar a dinbawah ini. Dobawah pengaruh
medan listrik, electron bebas ini bergerak ke kiri dan membentuk arus.
Diatas
nol mutlak, kita menggambarkan pita energi seperti pada gambar b dibawah ini.
Energi panas telah mengangkat beberapa electron ke dalam pita konduksi dimana
mereka bergerak dalam orbit dengan jari-jari yang lebih besar dari sebelumnya.
Dalam orbit pita konduksi yang lebih
besar, electron tidak terpegang secara kuat oleh atom dan dapat mudah bergerak
dari satu atom ke atom berikutnya.
Dalam
gambar b, setiap kali electron menembus kedalam pita konduksi, dihasilkan hole
didalam pita valensi. Oleh sebab itu, pita valensi tidak lagi saturasi atau
terisi. Tiap hole mewakili rotasi orbit yang tersedia.
Gambar (a) Aliran
electron (b) pita energi pada suhu ruang. Sumber: (Malvino, 1981)
Semakin
tinggi suhu, semakin besar jumlah electron tertendang ke dalam pita konduksi
dan makin besar arus pada gambar a diatas. Pada suhu ruang sekitar 25oC,
arus terlalu kecil untuk digunakan pada aplikasi umumnya. Pada suhu ini
sepotong silicon tidak merupakan isolator maupun konduktor yang baik. Dengan
alasan inilah, ia disebut semikonduktor.
Perbandingan
Silikon dan Germanium
Kristal germanium juga
semikonduktor pada suhu ruang. Tetapi ada perbedaan yang pensting sekali antara
silicon dan germanium. Pada suhu ruang kristal silicon mempunyai electron bebas
yang lebih sedikit daripada kristal
germanium. Ini salah satu alasan mengapa silicon telah menjadi bahan semi
konduktor utama dalam pemakaian masa kini. (Malvino, 1981)
7.
Arus
Hole
Hole juga dapat
bergerak dan menghasilkan arus. Dengan perkataan lain, didalam semikonduktor
ada dua macam arus yang berbeda: arus pita konduksi, dan arus hole.
a)
Bagaimana
Hole Bergerak
Pada bagian paling
kanan dari gambar dibawah ini adalah hole. Hole menarik electron valensi pada
A. dengan perubahan energi sedikit, electron valensi pada A dapat bergerak ke
dalam hole. Jika hal ini terjadi, hole yang akan mula-mula akan lenyap dan hole
yang bari muncul pada posisi A. hole baru pada A dapat menarik dan menangkap
electron valensi pada B. ketika electron valensi bergerak dari B ke A, hole
bergerak dari A ke B. gerakan dari electron valensi dapat kontinu sepanjang
jalan yang ditunjukkan oleh panah; hole bergerak dalam arah yang berlawanan.
Kesimpulannya: Karena hole berada dalam orbit valensi, disanan ada jalan kedua bagi electron untuk bergerak
melalui kristal.
Disini apa yang terjadi
dengan level-level energi. Untuk memulai, energi thermal (sama dengan panas) menumbuk electron dari pita valensi ke
dalam pita konduksi. Ini meninggalkan hole dalam pita valensi seperti
ditunjukkan gambar dibawah ini. Dengan perubahan sedikit electron valensi pada
A dapat bergerak kedalam hole.
Gambar Hole. Sumber: (Malvino, 1981) Gambar
arus Hole. Sumber: (Malvino, 1981)
Jika
ini terjadi, hole smula lenyap dan hole baru muncul pada A. kemudian electron valensi
pada B dapat bergerak kedalam hole baru dengan perubahan enerdi sedikit. Dalam
acara ini, dengan perubahan energy sedikit, electron valensi dapat bergerak
sepanjang jalan yang di tunjkkan panah. Ini ekivalen dengan pergerakan hole
melalui pita valensi sepanjang ABCDEF.
b)
Pasangan
electron-hole
Jika kita memberikan
tegangan luar pada kristal, ia memaksa electron untuk bergerak. Daalam gambar
dibawah ini terdapat dua macamelektron yang dapat bergerak: electron pita
konduksi dan electron valensi. Gerakan ekektron valensi ke kanan berarti hole
sedang bergerak ke kiri.
Selamanya, kita lebih
suka berbicara hole daripada tentang electron valensi. Dalam semikonduktor
murni, setiap electron pita konduksi berarti ada hole dalam orbit valensi dari
beberapa atom. Dengan perkataan lain, energi thermal menghasilkan pasangan electron-hole. Hoel berlaku
seperti muatan positif dan tegangan alasan inilah ditunjukkan sebagai tanda
positif dalam gambar b dibawah ini. Seperti sebelumnya, kita menggambarkan
electron pita konduksi bergerak ke kanan. Tetapi sekarang kita berfikir tentang
hole (muatan-muatan positif) bergerak ke kiri.
Gambar Dua jalan arus. Sumber:
(Malvino, 1981)
c)
Rekombinasi
Dalam
gambar b diatas, tiap tanda negative adalah electron pita konduksi dalam orbit
besar, dan tiap tanda positif adalah hole dalam orbit yang lebih kecil.
Kadang-kadang orbit pita konduksi dari satu atom dapat tumpeng tindih dengan
orbit hole lainnya. Oleh sebab itu, electron pita konduksi seringkali dapat
jatuh ke dalam hole. Penggabungan electron pita konduksi dan hole disebut
rekomebinasi. Jika terjadi rekombinasi, hole tidak bergerak kemana-mana, ia
lenyap.
Rekombinasi
terjadi secra kontinu dalam semikonduktor. Karenanya, tiap hole akan mungkin
diisi kecuali satu hal: energi panas yang datang menerus menghasilkan pasangan
electron-hole baru. Umur hidup (life
time) adalah nama yang diberikan kepada waktu rata-rata antara terciptanya dan
lenyapnya pasangan electron-hole. Umur hidup berubah dari beberapa nano-detik
sampai beberapa mikro-detik, tergantung pada kesempurnaan struktur kristal dan
factor-faktor lain. (Malvino,
1981)
8.
Doping
Kita
akan namakan kristal silicon murni
(setiap atomnya adalah atom silicon) sebagai semikonduktor intrinsic. Pembawa arus dalam semikonduktor intrinsic
hanyalah pasangan electron-hole. Pada aplikasi umumnya, keadaan ini tidak cukup
menghasilkan arus yang terpakai.
Doping
berarti penambahan atom-atom impuritas (non tetravalent) pada kristal untuk
menambah jumlah electron bebas maupun hole. Jika kristal sudah di-dop, disebut semikonduktor ekstrinsik. (Malvino, 1981)
B. Semikonduktor
Semikonduktor adalah bahan dasar untuk
komponen aktif dalam alat elektronika, digunakan misalnya membuat diode,
transistor, dan IC (Integrated Circuit). Yang disebut terakhir merupakan
komponen aktif yang berisi banyak transistor dan resistor dalam sekeping
kristal semikonduktor dengan ukuran dibawah 1 mm2.
Dewasa ini bahan semikonduktor yang paling
banyak digunakan adalah kristal silicon. Dahulu orang juga menggunakan unsur
germanium. Kedua unsur itu merupakan kelompok IV dalam susunan berkala. Kristal
gallium-arsenida yang terbentuk dari unsur gallium dan arsen mempunyai sifat
seperti unsur kelompok IV, sehingga dapat pula digunakan untuk membentuk bahan
semikonduktor. Kristal ini kini banyak digunakan untuk membuat lampu LED yang
dipakai untuk lampu penujuk dan laser diode. Kristal Ga As juga digunakan untuk
membuat transistor yang dapat bekerja hingga daerah frekuensi tinggi, yaitu
dalam daerah gelombang mikro.
Pada umumnya semikonduktor bersifat
sebagai isolator pada suhu dekat 0oC dan pasa suhu kamar bersifat
sebagai konduktor.
Bahan semikonduktor murni, yaitu yang
terdiri dari unsur silicon saja atau unsur germanium saja disebut semikonduktor intrinsic.
Semikonduktor yang digunakan untuk membuat
diode dan transistor terdiri dari campuran bahan semikonduktor intrinsic dengan
unsur kelompok V atau kelompok III. Semikonduktor yang dihasilkan disebut semikonduktor ekstrinsik. (Sutrisno, 1986)
Semikonduktror mempunyai sifat
kekonduksian diantara konduktor dan isolator. Contoh bahan semikonduktror ialah
Silikon, Germanium, Plumbum Sulfida, Gallium Arsenida, Indium Antimi dadan Selenium.
Bahan-bahan yang mempunyai sifat semikonduktif memiliki nilai hambatan jenis
(ρ) antara konduktor dan isolator yaitu 10-6 - 104 ohm. Medan
konduktivitas sebesar 10-6 - 104 ohm-2 m-2 dengan energi
gap yang lebih kecil dari 6 eV. Energi gap adalah energi yang diperlukan oleh
elektron untuk memecahkan ikatan kovalen sehingga dapat berpindah jalur
dari jalur valensi ke jalur konduksi. Bahan dasar semikonduktor dapat dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu:
·
Trivalent,
memiliki atom dengan jumlah electron valensi 3 buah, contoh: Boron (B), Gallium
(Ga), dan Indium (In) .
·
Tetravalent,
memiliki atom dengan jumlah electron valensi 4 buah seperti: Silikon (Si), dan
Germanium (Ge).
·
Pentavalent,
memiliki atom dengan jumlah electron valensi 5 buah, contoh: Fosfor (P),
Arsenikum (As), dan Antimon (Sb).
Semikonduktor
terbagi 2 jenis, yaitu semikonduktor
intrinsik dan semikonduktor eksrinsik.
1. Semikonduktor
Intrinsik
Bahan
semikonduktor murni yang terbuat dari Si saja atau Ge saja disebut
semikonduktor intrinsik. Atom Si mempunyai elektron yang mengorbit
(mengelilingi) inti sebanyak 14 dan atom Ge mempunyai 32 elektron. Elektron
yang menempati orbit terluar disebut sebagai elektron valensi. Atom Si
dan Ge masing-masing empunyai empat elektron valensi, disebut juga atom tetra-valent
(bervalensi empat) struktur kristal Si dan Ge murni berbentuk tertrahedral
ditunjukkan pada gambar 10.5. Si terikat dengan empat buah atom silikon
lain membentuk ikatan kovalen. Semua elektron terikat pada atom. Kondisi ini
terjadi pada suhu mendekati 0K.
Gambar 10.5 Atom berbentuk tetrahedral. Sumber: (Handayani,
2014)
Namun guna memudahkan pembahasan atom ini
digambarkan secara dua dimensi seperti padagambar 10.6
Gambar 10.6 atom silikon dalam dua dimensi. Sumber: (Handayani,
2014)
Atom-atom menempati lokasi-lokasi tertentu
berdasarkan tingkat-tingkt energinya yang digambarkan melalui pita seperti
tampak pada gambar 10.7
Gambar 10.7 Pita Energi. Sumber: (Handayani, 2014)
Pada suhu ruangan (27ºC) elektron valensi
mudah lepas dari ikatan kovalen ( dikatakan ektron valensi menjadi elektron bebas ) Energi panas ini
mengangkat bebrapa elektron kedala pita konduksi. Dalam orbit pita konduksi
yang lebih besar, elektron tidak terpegang secara kuat oleh atom ke atom dapat
dengan mudah bergerak dari satu atom ke atom berikutnya. Jika kita beriakan
beda potensial pada atom tersebut, elektron bebas akan bergerak sehingga timbul
arus listrik. Makin tinggi suhu, mai banyak elektron bebas dan makin besar arus
yang mengalir. Elektron valensiyang terlepas menjadi elektron bebas,
menghasilkan Si terionkan. Dengan adanya beda potensial, elektron bebas dari
atom Si lain akan pindah menempati lubang (hole) yang ditinggalkan oleh
elektron bebas. Perpindahan ini menghasilkan arus juga. Elektron bebas yang
terlepas dari ikatan kovalen disebut elektron
intrinsik sedang hole yang
terjadi oleh terlepasnya elektron intrinsik disebut hole intrinsik .
Pada
semikonduktor intrinsic aliran listrik disebabkan oleh gerak elektro intrinsic
dan hole intrinsik. Elekron intrinsik dan hole intrinsik. Elektron intrinsik
dan hole intrinsik disebut sebagai pembawa muatan (charge carrier). Pada suhu ruanganterdapat kurang lebih 1.5 x
elektron bebas dalam 1
bahan Si dan 2.5 x
elektron bebas pada Ge. Elektron bebas
yang dihasilkan Ge lebih banyak daripada elektron bebas yang dihasilkan Si. Ini
berkaitan dengan adanya level energi dalam kristal semikonduktor yang telah
kita bahas di depan. Pada 0K pit vialensi berisi penuh elektron sedangkan pita
konduksi kosong. Daerah antara pita konduksi dan pita valensi disebut celah
energi (Energy Gap). Perbedaan energy gap
antara Si Ge mengakibatkan sifat kondusi yang berbeda antara Si dan Ge.
Ilustrasinya diperlihatkan pada gambar
10.8 berikut ini :
Gambar Daerah antara pita
konduksi dan pita valensi disebut celah energi (Energy Gap). Sumber: (Handayani, 2014)
Konsentrasi
elektron terhadap suhu dan energy gap dinyatakan
dalam persamaan:
ni =
AT 3/2 e-Wg/2kT
dimana,
ni
= konsentrasi electron
A = Luas penampang
semikonduktor
T = Temperatur mutlak
Wg = Energi gap
k = konstanta Boltzman =
1.38 x 10-23 J/K
Grafik
dari persamaan diatas diperlihatkan pada gambar 10.10
Gambar 10.10 Grafik konstrasi electron terhadap suhu. Sumber: (Handayani, 2014)
Pada grafik gambar 10.10. tampak
konsentrasi elektron tidak bertambah meskipun suhu telah dinaikkan. Mengapa
jumlah elektron bebas tak berubah terhadap waktu? Hal ini karena elektron dan
hole berekombinasi. Elektron-elektron bebas “tetangga” mengisi hole-hole yang
ditinggalkan oleh elektron -elektron “yang lepas”. Makin banyak dihasilkan
elektron bebas, makin banyak pula hole yang
terjadi dan makin sering elektron bebas mengisi/jatuh ke hole (makin sering
terjadi rekombinasi). Alhasil sering bertambahnya waktu pembawa muatan tak lagi
bertambah. Maka pada semikonduktor intrinsic konsentrasi elektron intrinsik
sama dengan konsentrasi hole intrinsic.
2. Semikonduktor
Ekstrinsik
Telah
disebutkan sebelumnya bahwa semikonduktor uang digunkana untuk membuat diode
dan transistor adalah semikonduktor ekstrinsik, yang dibuat dari campuran bahan
semikonduktor intrinsic dengan atom unsur dari kelompok III atau kelompok V
dalam susunan berkala.
Campuran
bahan semikonduktor intrinsic dengan atom unsur kelompok V dalam susunan
berkala mengandung lebih banyak banyak electron darpada lubang, sehingga
pembawa muatan bebasnya bermuatan negative. Semikonduktor ektrinsik yang dibuat
dengan bahan ini disebut semikonduktor
jenis n. sebaliknya, campuran bahan semikonduktor intrinsic dengan atom
unsur dari kelompok III dalam susunan berkala mengandung lebih banyak lubang
daripada electron. Akibatnya pembawa muatan bebas yang utama bermuatan positif.
Semikonduktor yang dibuat dengan bahan campuran seperti ini disebut semikonduktor jenis p.
Semikonduktor ekstrinsik dibagi 2 jenis, yaitu semikonduktor tipe-n dan semikonduktor tipe-p.
a) Semikonduktor
tipe-n
Elektron-elektron dalam atom yang terisolasi disusun dalam subkulit
menurut skema berikut: 1s2 2s2 2p5 3s2 3p2
Sebagaimana biasanya, superscript (yang dijumlahkan hingga 14, nomor atom
silikon) menyatakan banyanya elektron dalam subkulit yang ditentukan. Gambar
42.9 adalah gambaran yang dibuat datar dari bagian kisi silikon murni dimana
bagian ini diproyeksiakan pada sebuah bidang. Dandingkan dengan gambar 42.1b
yang menyatakan sel unit dari kisi dalam tiga dimensi. Setiap atom silikon
menymbangkan sepasang elektron 3s dan sepasang elektron 3p untuk membentuk
kovalen dua elektron yang kokoh dengan masing-masing dari empat atom tetangga
terdekatnya. (ikatan kovalen adalah ikatan diantara dua atom yang saling
berbagi sepasang elektron). Keempat atom yang terletak didalam sel unit dalam
gambar 42.1b menunjukan ikatan kovalen ini.
Elektron-elektronn yang membentuk silikon-silikon membentuk ikatan
valensi dari sampel silikon. Jika sebuah elektron dibelah dari salah satu
diantara ikatan ini sedemikian sehingga elektron ini bebas mengembara dalam
kisi, kita katakan bahwa elektron dinaikan dari pita valensi ke pita konduksi.
Energi minimum yang dibutuhkan untuk melakukan hal ini disebut energi celah Eg.
Karena empat iantara elektron-elektron ini dilibatkan dalam ikatan,
setiap “atom” silikon kenyataannya merupakan sebuah ion yang mengandung suatu
awan elektron seperti neon yang inert ( mengandung 10 elektron) yang
mengelilingi sebuah nikleus bermuatan +12e, dimana angka 14 adalah nomor atom
silikon. Muatan neto dari ion-ion ini adalah +4e, dan ion-ion tersebut dikatakan
memiliki bilangan valensi 4.
Didalam gambar 42.9b Di dalam Gambar 42.9b, ion silikon pusat telah
digantikan dengan sebuah atom fosfor (valensi = 5). Empat dari elektron valensi
fosfor membentuk ikatan dengan keempat ion silikon di sekitarnya. Elektron kelima
(‘'elektron ekstra") hanya terikat secara longgar dengan teras ion fosfor.
Pada diagram pita energi, kita biasanya mengatakan bahwa elektron semacam itu
menempati keadaan energi lokal yang terletak di dalam celah energi pada
interval energi rata-rata Ed di bawah pita konduksi bagian bawah.
Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 42.10a. Karena Ed Ee,
energi yang dibutuhkan untuk mengeksitasi elektron dari tingkat energi ini ke
dalam pita konduksi adalah kurang dari energi yang dibutuhkan untuk
mengeksitasi elektron valensi silikon ke dalam pita konduksi.
Atom fosfor disebut atom donor karena atom ini secara mudah
menyumbangkan sebuah elektron ke pita konduksi. Kenyataannya, pada suhu ruang sebenarnya semua elektron yang
disumbangkan oleh atom donor berada di dalam pita konduksi. Penambahan atom
donor dapat memungkinkan kenaikan yang sangat besar dari jumlah elektron di
dalam pita konduksi, dengan faktor yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
yang disarankan dalam Gambar 42.10a.
Semikonduktor yang dikotori dengan atom donor disebut semikonduktor
tipe n. Huruf "n" berarti "negatif" untuk mengimplikasikan
bahwa pembawa muatan negatif yang disisipkan ke dalam pita konduksi benar-benar
lebih banyak daripada pembawa muatan positif, yaitu hole didalam pita valensi.
Pada semikonduktor tipe n.
Apabila bahan semikonduktor
intrinsik (murni) dicampur (didoping) dengan bahan bervalensi lain maka
diperoleh semikonduktor ekstrinsik. Pada bahan semikonduktor intrinsik, jumlah
elektron bebas dan holenya adalah sama. Konduktivitas semikonduktor
intrinsik sangat rendah, karena terbatasnya jumlah pembawa muatan yakni holenya
maupun elektron bebas tersebut. Jika bahan silikon didoping dengan bahan
ketidak murnian (impuritas) bervalensi lima (penta-valens), maka diperoleh
semikonduktor tipe n. Bahan dopan yang bervalensi lima ini misalnya antimoni,
arsenik, dan paspor. Struktur kisi-kisi kristal bahan silikon type n dapat
dilihat pada Gambar 1.1
Gambar 1 Struktur Kristal konduktor ( silikon) Tipe-n. Sumber: (Handayani,
2014)
Karena atom antimoni (Sb) bervalensi
lima maka empat elektron valensi mendapatkan pasangan ikatan kovalen dengan
atom silikon sedangkan elektron valensi yang kelima tidak mendapatkan pasangan.
Oeh karena itu ikatan elektron kelima ini dengan inti menjadi lemah dan mudah
menjadi elektron bebas Karena setiap atom depan ini menyumbang sebuah
elektraon, maka atom yang bervalensi lima disebut dengan donor Dan elektron "bebas"
sumbangan dari atom dopan inipun dapat dikontrol jumlahnya atau konsentrasinya.
Meskipun bahan silikon type n ini mengandung elektron bebas
(pembawa mayoritas) cukup banyak, namun secara keseluruhan kristal ini tetap
netral karena jumlah muatan positif pada inti atom masih sama dengan jumlah keselunhan
elektronnya. Pada bahan type n disamping jumlah elektron bebasnya (pembawa
mayoritas) meningkat, jumlah holenya (pembawa minoritas) menurun. Hal
ini disebabkan dengan bertambahnya jumlah elektron bebas maka karena kecepatan
hole dan elektron bererekombinasi (bergabungnya kembali elektron dengan hole)
semakin meningkat. Sehingga jumlah holenya menurun. Level dari elektron
bebasatom donor dapat digambarkan seperti pada Gambar 112. Jarak antara pita
konduksi dengan level energi sanagat kecil yaitu 0.05 ev untuk silikon dan 0.0l
ev untuk germanium. Oleh karena itu pada suhu ruang saja, maka elektron donor
sudah bisa mencapai pita konduksi dan menjadi elektron bebas.
Gambar 1.2
Diagram Pita Energi Semikonduktor Tipe n. Sumber: (Handayani,
2014)
Bahan semikonduktor tipe n dapat
dilukiskan seperti pada Gambar 3. Karena atom-atom donor telah ditinggalkan
oleh elektron valensinya (yakni menjadi elektron bebas), maka terjadi ion yang
bermuatan positif. Sehingga digambarkan dengan tanda positip. Sedangkan
elektron bebasnya menjadi pembawa mayoritas dan pembawa minoritasnya berupa
hole.
Gambar 1.3 Bahan semikonduktor tipe-n. Sumber: (Handayani,
2014)
b) Semikonduktor
tipe-p
Kita mengetahui bahwa ada 3 jenis bahan berkaitan
dengan sifat baik buruknya pengantaran arus listrik yaitu : Konduktor, Isolator, dan Semikonduktor
Semikonduktor berada
ditengah-tengah Konduktor dan Isolator, dia dapat mengantarkan arus listrik
tetapi tidak sebaik konduktor, yang harus kita ketahui disini adalah bahwa
Sifat konduktor dapat diubah dengan mudah hanya dengan menambahkan atom
tambahan (istilahnya diberi Doping), penambahan sedikit saja dapat mempengaruhi
struktur ikatan didalam semikonduktor dan akibatnya dapat mengubah sifat semikonduktor
tersebut. Sifat itu pula lah yang akan menjadi dasar untuk pembentukan bahan
berjenis N dan P.
Silikon dan Germanium
merupakan Semikonduktor yang akan dijadikan bahan berjenis P dan N, Silikon
memiliki nomor atom 14 (Si 2|8|4) sedangkan germanium 32 (Ge 2|8|18|4),
keduanya memiliki elektron valensi 4, dibawah ini merupakan gambar ikatan unsur
tersebut dalam keadaan yang stabil.
Tetapi jika kita
memberikan doping misalnya unsur Phospor
(P 2|8|5) memiliki elektron valensi 5, maka ikatan yang terbentuk tidak stabil atau memiliki sebuah elektron bebas, seperti gambar dibawah ini.
(P 2|8|5) memiliki elektron valensi 5, maka ikatan yang terbentuk tidak stabil atau memiliki sebuah elektron bebas, seperti gambar dibawah ini.
Gambar elektron bebas. Sumber: (Handayani, 2014)
Oleh karena
itu pada ikatan tersebut memiliki elektron bebas yang lebih sehingga
mempengaruhi sifat unsur tersebut, untuk mengetahui perubahannya kita harus
memperhatikan perubahan energi dari ikatan tersebut sebelum dan sesudah doping
diberikan. Gambar dibawah ini merupakan penggambaran perubahan level energy
pada unsur tersebut.
Gambar level
energy Sumber: (Handayani, 2014)
Dapat kita
lihat bahwa sebelum diberi doping unsur tersebut membutuhkan energy yang cukup
besar untuk mencapai sifat konduksi (elektron dapat lepas dari inti) tetapi
setelah diberikannya doping atau memiliki elektron bebas, pada unsur tersebut
didapati donor energy, sehingga energy yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi
konduksi tidak terlalu besar atau dengan kata lain atom tersebut dapat bersifat
konduktor pada suhu yang lebih rendah (suhu kamar) daripada suhu sebelumnya.
Untuk bahan tipe-P kita hanya perlu mengganti jenis
dopingnya, jika pada tipe N doping yang kita beri memiliki elektron valensi 5
maka pada tipe P doping yang kita beri harus memilki elektron valensi 3,
sehingga pada ikatan tersebut terdapat kekurangan elektron (dengan kata lain
terbentuk Hole)
pada bahan bertipe-P, Hole merupakan carrier mayoritasnya (dibutuhkan untuk pembahasan selanjutnya)
pada bahan bertipe-P, Hole merupakan carrier mayoritasnya (dibutuhkan untuk pembahasan selanjutnya)
Semi konduktor yang dikotori dengan atom
akseptor disebut “semikonduktor tipe-p”
huruf “p” berarti positif untuk mengimplikasikan bahwa hole yang disisipkan ke
dalam pita valensi, yang berperan seperti pembawa muatan positif. Bener-bener
lebih banyak daripada electron di dalam pita konduksi. Pada semikonduktor
tipe-p hole adalah pembawa mayoritas, sedangkan electron adalah pembawa
minoritas.
Miconductor
ini dibuat dengan penambahan bahan (Ga : gallium; In :phosporous; B:
boron)Memiliki tiga valence electron intrinsic semiconductor. Melalui empat
lapisan luar electron yang dimilikinya, bila kedua jenis material ini bertemu
satu dengan lainnya, maka atom silicon dari kedua jenis atom tidak ini tidak
bisa berbagi electron, sehingga arus listrik dapat mengalir dengan mudah dimana
lowongan ini disebut hole. Tipe semiconductor ini biasa disebut dengan P
(positive) karena diasumsikan muatan listriknya adalah positif karena
elektronnya lebih sedikit. Saat mendapat tegangan, electron mengisi sisi hole
kemudian hole tersebut secara terus menerus bergerak menurun. Arus listriknya
mengalir melalui hole yang ada di dalam semiconductor tipe P ini.
Gambar semiconductor tipe P. Sumber: (Handayani, 2014)
N Junction (persimpangan antara P-N)
Bila semiconductor
tipe P dan N secara kimiawi dibatasi satu dengan lainnya, maka dibuat persamaan
dimana tidak ada carrier (penghantar) seperti hole dan electron bebas ditahan
bersama di bagian sempit dari permukaan persimpangan (junction).
Gambar semiconductor tipe P dan N. Sumber: (Handayani, 2014)
Permukaan junction ini disebut dengan depletion
layer, dan semiconductor yang dipisah disebut dengan PN junction semiconductor
atau diode. Maka muatan listrik yang ada dari perbedaan polaritas satu sama
lainnya, menghasilkan sedikit potensial listrik, disebut dengan electric
potential barrier.
Apabila bahan
semikonduktor murni (intrinsik) didoping dengan bahan impuritas
(ke-tidak-murnian) bervalensi tiga, maka akan diperoleh semikonduktor type
p. Bahan dopan yang bervalensi tiga tersebut misalnya boron, galium, dan
indium. Struktur kisi-kisi kristal semikonduktor (silikon) type p adalah
seperti gambar 4. Karena atom dopan mempunyai tiga elektron valensi,
dalam gambar 1.8 adalah atom Boron (B) , maka hanya tiga ikatan kovalen yang
bisa dipenuhi. Sedangkan tempat yang seharusnya membentuk ikatan kovalen
keempat menjadi kosong (membentuk hole) dan bisa ditempati oleh elektron
valensi lain.
Dengan demikian sebuah
atom bervalensi tiga akan menyumbangkan sebuah hole.Atom bervalensi tiga
(trivalent) disebut juga atom akseptor, karena atom ini siap untuk menerima
elektron.
Seperti halnya pada
semikonduktor type n, secara keseluruhan kristal semikonduktor type n ini
adalah netral. Karena jumlah hole dan elektronnya sama. Pada bahan
type p, hole merupakan pembawa muatan mayoritas. Karena dengan penambahan
atom dopan akan meningkatkan jumlah hole sebagai pembawa muatan. Sedangkan pembawa
minoritasnya adalah elektron. (Handayani, 2014)
3. Karesteristik
Semikonduktor
a) Semikonduktor
elemental
Semikonduktor
elemental terdiri atas unsur – unsur pada sistem periodik golongan IV A
seperti silikon (Si), Germanium (Ge) dan Karbon (C). Karbon semikonduktor
ditemukan dalam bentuk kristal intan. Semikonduktor intan memiliki
konduktivitas panas yang tinggi sehingga dapat digunakan dengan efektif untuk
mengurangi efek panas pada pembuatan semikonduktor laser.
b) Semikonduktor
gabungan
Semikonduktor
gabungan (kompon) terdiri atas senyawa yang dibentuk dari logam unsur
periodik golongan IIB dan IIIA (valensi 2 dan 3) dengan non logam pada golongan
VA dan VIA (valensi 5 dan 6) sehingga membentuk ikatan yang stabil (valensi 8).
Semikonduktor gabungan III dan V misalnya GaAs dan InP, sedangakan gabungan II
dan VI misalnya CdTe dan ZnS.
4.
Karakterisasi Semikonduktor Tio2 (Zno)
Sebagai Sensor Liquefied
Petroleum Gas (Lpg)
Telah dilakukan sintesis dan karakterisasi
sensor liquefied petroleum gas (LPG) berupa
pelet dengan bahan utama TiO2 didoping oleh ZnO. Pelet sensor LPG dibuat
dengan variasi doping ZnO 0%, 2%,4%, 6%, 8%, dan 10% terhadap bahan utama TiO2.
Proses pembuatan material sensor LPG terdiri dari beberapa langkah yaitu
pencampuran bahan, kalsinasi pada temperatur 800ºC selama 4 jam, penggerusan,
kompaksi, dan sintering pada temperatur 900ºC selama 4 jam. Sensor LPG diuji
pada temperatur ruang (30ºC) dengan melihat karakteristik I-V, nilai sensitivitas,
dan nilai konduktivitas. Karakteristik I-V menunjukkan perubahan terbesar
terjadi pada sampel TiO2+10% ZnO. Nilai sensitivitas tertinggi dimiliki sampel
TiO2+10% ZnO sebesar 10,00 pada tegangan 21 Volt. Nilai konduktivitas tertinggi
yaitu 1,8157 Ω-1m-1 pada sampel tanpa doping, lebih tinggi dibandingkan
konduktivitas tertinggi sampel yang diberi doping yaitu 0,1045 Ω-1m-1. Kata
kunci : Sensor LPG, TiO2(ZnO), karakterisasi I-V, sensitivitas, konduktivitas. (Deswardani, 2013)
Teknologi sensor saat ini sudah banyak
dikembangkan, salah satunya adalah sensor gas. Indonesia saat ini sering
terjadi ledakan LPG yang menyebabkan korban jiwa dan harta. Kebocoran LPG sulit
diketahui secara cepat, maka sangat dibutuhkan sensor yang dapat mendeteksinya.
Sensor gas sudah banyak dikembangkan dengan menggunakan bahan semikonduktor
logam oksida, seperti TiO2, ZnO, CuO, dan lain-lain. Kelebihan sensor gas
dengan bahan semikonduktor logam oksida adalah biaya yang lebih murah, dapat
dibuat dengan metode sederhana, dan dapat diproduksi secara massal (Hendri,
2012). Sensor gas biasanya dibuat berupa
film tipis, film tebal, dan pelet. Pada penelitian ini sensor gas semikonduktor
metal oksida dibuat dengan metode keadaan padat atau dalam bentuk pelet.
Saat ini peneltian bahan sensor gas
semikonduktor logam oksida pada temperatur kerja yang tinggi sudah banyak
dikembangkan. Temperatur kerja sensor gas pada umumnya sekitar 300 – 450 ºC
(Wang, dkk., 2010). Sementara, penelitian bahan sensor gas semikonduktor logam
oksida pada temperatur ruang (30ºC) masih sangat sedikit. Sensor gas yang dapat
bekerja pada temperatur ruang merupakan sensor gas yang tidak membutuhkan
energi besar untuk dapat mendeteksi gas, sehingga akan sangat bagus apabila
dapat mengetahui bahan sensor gas yang mampu bekerja pada temperatur ruang.
TiO2 dikenal sebagai material logam oksida
yang memiliki kemampuan sensor yang menjanjikan. TiO2 memiliki sifat fisik
berupa permukaan kimia, transfer muatan, dan sifatlistrik yang baik sehingga banyak digunakan dalam
penelitian sensor gas. Pembuatan sensor LPG menggunakan bahan
TiO2 sebelumnya pernah dilakukan oleh Yadav dkk. (2011). Sensor LPG berupa
pelet TiO2, diuji cobakan mendeteksi LPG pada temperatur ruang.
Kemampuan sensor gas dapat ditingkatkan dengan
memberi doping, dapat berupa logam mulia atau logam oksida. Doping dengan logam
mulia membutuhkan biaya yang lebih mahal dan cukup sulit diperoleh dibandingkan
bahan logam oksida. Bahan doping yang digunakan adalah ZnO yang merupakan salah
satu bahan metal oksida. ZnO dikenal memiliki stabilitas yang baik,
sensitivitas yang tinggi, pembuatan yang murah, sifat listrik yang dibutuhkan
sebagai sensor gas, dan temperatur kerja yang sedang. Yadav dkk. (2012)
sebelumnya sudah mengamati kemampuan ZnO sebagai sensor LPG pada temperatur
ruang. Sensor LPG memiliki sensitivitas rata-rata sekitar 5.
Penelitian Yadav dkk. (2011) dan Yadav dkk.
(2012) menunjukkan kemampuan TiO2 dan ZnO sebagai sensor LPG. Komposit
ZnO(TiO2) sebagai detektor LPG juga sudah diamati oleh Basthoh (2013). Nilai
sensitivitas tertinggi terdapat pada pelet ZnO didoping 3% TiO2 yaitu 3,0769.
Penelitian ini masih mengamati temperatur kerja sensor diatas temperatur ruang
yaitu 85ºC. (Deswardani, 2013)
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa sensor sudah mampu membedakan kondisi lingkungan udara dengan
lingkungan LPG. Nilai sensitivitas bahan TiO2 yang didoping dengan ZnO lebih
tinggi dibandingkan dengan TiO2 tanpa doping. Nilai sensitivitas tertinggi
terdapat pada sampel TiO2 + 10% ZnO yaitu 10, sedangkan senstivitas
TiO2 tanpa doping tertinggi adalah 2,22. Konduktivitas TiO2 tanpa
doping lebih tinggi dibandingkan dengan konduktivitas TiO2 dengan doping
ZnO. Konduktivitas pada lingkungan udara lebih tinggi dibandingkan pada
lingkungan LPG. Konduktivitas tertinggi pada udara yaitu 1,8157 Ω-1m 1 dan konduktivitas
tertinggi pada LPG adalah 1,1453 Ω-1m-1. Sensor ini memiliki kemampuan untuk
dapat bekerja pada temperatur ruang, namun masih perlu diamati lebih lanjut
lagi terhadap kemampuan selektivitas sensor.
(Deswardani, 2013)
5.
Prinsip Kerja
Semikonduktor
Teori Dasar
Untuk mengerti
cara kerja semikonduktor, dimisalkan sebuah tabung atau gelas berisi air murni.
Jika sepasang konduktor dimasukan kedalamnya, dan diberikan tegangan searah
(DC) tepat dibawah tegangan elektrolisis, maka tidak akan ada arus yang
mengalir karena air tidak memiliki pembawa muatan, sehingga air murni dianggap
sebagai isolator.
Jika
ditambahkan sedikit garam dapur ke dalam air tersebut, maka konduksi arus akan
mulai mengalir, karena sejumlah pembawa muatan bebas terbentuk. Dengan menaikan
konsentrasi garam akan meningkatkan konduksi, namun tidak banyak. Garam dapur
sendiri adalah bersifat isolator, karena pembawa muatanya tidak bebas.
Bahan silikon
murni adalah termasuk sebuah isolator, namun jika sedikit pencemar ditambahkan,
seperti Arsenik, dengan sebuah proses yang dinamakan doping, dalam jumlah yang
cukup kecil sehingga tidak mengacaukan tata letak kristal silikon, arsenik akan
memberikan elektron bebas dan hasilnya memungkinkan terjadinya konduksi arus
listrik. Ini karena Arsenik memiliki 5 atom di orbit terluarnya, sedangkan
Silikon hanya 4.
Konduksi
terjadi karena pembawa muatan bebas telah ditambahkan. Dalam kasus ini, sebuah
Silikon tipe-N (N untuk negatif, karena pembawa muatannya adalah elektron yang
bermuatan negatif) telah terbentuk.
Selain dari
itu, silikon dapat dicampur dengan Boron untuk membuat semikonduktor tipe-P.
Karena Boron hanya memiliki 3 elektron di orbit terluarnya. Pembawa muatan yang
baru, dinamakan "lubang" (hole, pembawa muatan positif), akan
terbentuk di dalam tata letak kristal silikon.
Dalam tabung
hampa, pembawa muatan (elektron) akan dipancarkan oleh emisi thermionic dari
sebuah katode yang dipanaskan oleh kawat filamen. Karena itu, tabung hampa
tidak bisa membuat pembawa muatan positif (hole).
Dapat dilihat
bahwa pembawa muatan yang bermuatan sama akan saling tolak menolak, sehingga
tanpa adanya gaya yang lain, pembawa-pembawa muatan ini akan terdistribusi
secara merata di dalam materi semikonduktor.
Namun di dalam
sebuah komponen seperti transistor bipolar dimana sebuah semikonduktor tipe-P
dan sebuah semikonduktor tipe-N dibuat dalam satu keping silikon.
Pembawa-pembawa muatan ini cenderung berpindah ke arah sambungan P-N tersebut,
karena tertarik oleh muatan yang berlawanan dari seberangnya.
Kenaikan dari
jumlah pencemar (doping level) akan meningkatkan konduktivitas dari materi
semikonduktor, asalkan tata-letak kristal silikon tetap dipertahankan. Dalam
sebuah transistor bipolar, daerah terminal emiter memiliki jumlah doping yang
lebih besar dibandingkan dengan terminal basis. Rasio perbandingan antara
doping emiter dan basis adalah 1, dari banyak faktor yang menentukan sifat
penguatan arus dari transistor tersebut.
Jumlah doping
yang diperlukan sebuah semikonduktor adalah sangat kecil, dalam ukuran 1 :
100.000.000, dan ini menjadi kunci dalam keberhasilan semikonduktor. Dalam
sebuah metal, populasi pembawa muatan adalah sangat tinggi, yaitu satu pembawa
muatan untuk setiap atom.
Dalam metal,
untuk mengubah metal menjadi isolator, pembawa muatan harus disapu dengan
memasang suatu beda tegangan. Dalam metal, tegangan ini sangat tinggi, jauh lebih
tinggi dari yang mampu menghancurkannya. Namun, dalam sebuah semikonduktor
hanya ada satu pembawa muatan dalam beberapa juta atom.
Jumlah tegangan
yang diperlukan untuk menyapu pembawa muatan dalam sejumlah besar semikonduktor
dapat dicapai dengan mudah. Dengan kata lain, listrik di dalam metal adalah
tidak bisa dimampatkan, seperti fluida. Sedangkan dalam semikonduktor, listrik
bersifat seperti gas yang bisa dimampatkan. Semikonduktor dengan doping dapat
diubah menjadi isolator, sedangkan metal tidak bisa diubah. (Wahyusiswanto, 2016)
C. Dioda
Semikonduktor
Dioda adalah suatu komponen elektronik yang dapat
melewati arus pada satu arah saja. Ada berbagai macam dioda, yaitu dioda
tabung, dioda sambungan p-n, dioda kontak titik (Point-contact diode) dan sebagainya. Dalam hal ini kita akan
membatasi pembahasan pada dioda sambungan p-n,
khususnya dioda penyearah, dioda isyarat dan dioda zener.
Dioda memegang peranan amat penting dalam elektronika,
diantaranya adalah untuk menghasilkan tegangan searah dari tegangan
bolak-balik, untuk mengesan gelombang radio, untuk membuat berbagai bentuk
gelombang isyarat, utnuk mengatur tegangan searah agar tidak berubah dengan
beban maupun dengan perubahan tegangan jala-jala (PLN), untuk saklar
elektronik, LED, laser simikonduktor, mengesan gelombang mikro dan lain-lain.
Beberapa pengertian dasar daripada dioda sambungan p-n digunakan pada transistor, sehingga apabila kita menguasai
pengertian dasar dioda akan mudah pila kita memahami sifat tarnsistor.
1) Sambungan
p-n
Bentuk dioda yang lazim digunakan terdiri dari
semikonduktor jenis p yang dibuat bersambung dengan semikonduktor jenis-n.
penyambungan ini dilakukan waktu penumbuhan krstal.
Secara skematis dioda
sambungan p-n dapat dilukiskan
seperti pada gambar 4.1a.
Gambar 4.1 (a)
susunan dioda sambungan p-n (b)Lambang diode. (Sutrisno, 1986)
Marilah kita selidiki lebih lanjut apa yang terjadi jika
suatu bahan semikonduktor jenis-p dihubungkan dengan suatu bahan semikonduktor
jenis-n. isi muatan listrik kedua macam bahan ini dapat digambarkan seperti
pada gambar 4,2.
Gambar 4.2 (a)
Muatan listrik dalam bahan semikonduktor jenis-p, (b) muatan listrik dalam
jenis-n
Pada gambar 4.2 muatan yang diberi lingkaran menyatakan ion,
dan muatan ini tetap ditempat, tidak bergerak walaupun diberi medan listrik.
Tanda + dan – dalam kotak persegi menyatakan pembawa muatan intrinsic, yaitu yang berasal dari ikatan kovalen pada atom
silicon, yang menjadi bebas oleh Karena eksitasi termal. Pembawa muatan yang
lain adalah muatan bebas, yaitu lubang yang dihasilkan oleh atom akseptor pada
bahan jenis-p, dan electron bebas yang berasal dari atom donor. Pembawa muatan
bebas ini adalah pembawa muatan ekstrinsik.
Apa yang terjadi bila bahan jenis-p bersambung dengan bahan
jenis-n, ditunjukkan pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 muatan listrik pada sambungan p-n. Sumber: (Sutrisno,
1986)
Elektron bebas pada bahan jenis-n akan berdifusi
melalui sambungan, masuk ke dalam bahan jenis p, dan terjadi rekombinasi dengan
lubang-lubang yang ada dalam bahan p. sebaliknya juga terjadi, yaitu lubang
bahan p berdifusi masuk kedalam bahan n, dan berekombinasi dengan elektron dan
saling tepat pada meniadakan muatan. Akibatnya, tepat pada sambungan p-n
terjadi daerah tanpa muatan bebas, yang disebut daerah pengosong (deplesion region). Oleh karena muatan positif
terpisah dari muatan negatif, maka dalam daerah pengosongan terjadi medan
listrik, yang melawan proses difusi selanjutnya. Dengan adanya terjadi medan
listrik ini terjadi beda potensial
listrik (bukit potensial) anatara bagian p dan bagian n dalam daerah
pengosongan. Sebaran muatan, kuat medan listrik, dan potensial listrik pada
sambungan p-n, dilukiskan pada gambar 4.4.
Ingat bahwa hubungan antara kuat medan listrik E dan potensial listrik V diberikan oleh hubungan E = -
, yaitu negatif
daripada kemiringan grafik V(x).
adanya kuat medan listrik menyebabkan terjadinya bukit potensial pada sambungan
p-n. agar suatu elektron tersebut mempunyai enerhi sangat besar daripada bukit
potensial, yaitu eVho
(e=muatan elektron). Pada keadaan ini terjadi aliran arus minoritas, yaitu
lubang yang ada di jenis-n dan elektron bebas yang ada dijenis-p, yang tidak
dihalangi oleh bukit potensial yang akan tetapi bahkan dibantu untuk menyebrang
sambungan. Pada saat yang sama lubang yang ada dijenis-p, yaitu pembawa muatan
mayoritas ada juga yang mempunyai cukup energi untuk menyebrang sambungan.
Dalam keadaan mantap kedua aliran ini saling meniadakan. Hal serupa terjadi
dengan elektron bebas. Dapat disimpulkan bahwa tanpa tegangan, arus dioda sama
dengan nol.
Peristiwa yang dilukiskan pada gambar 4.4 adalah yang
terjadi jika antara ujung bahan p dan n tidak diberi sumber ggl (baterai).
Sekarang antara ujung bahan p.
Gambar 4.4 (a) sambungan p-n, (b) sebaran rapat muatan
p, (c) sebaran kuat medan listrik E, (d) sebaran potensial V ; Vho = bukit potensial. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Gambar 4.5 Panjar maju pada sambungan p-n. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Dan -n kita hubungkan suatu baterai, dengan bahan-p
dihubungkan dengan kutub positif dan bahan-n dengan kutub negatif. Pada keadaan
ini dikatakan sambungan p-n diberi panjar maju. Lihat gambar 4.5.
Dengan adanya panjar maju ini
sebaran potensial pada sambungan p-n
nampal seperti pada gambar 4.6.
Dengan di beri panjar maju,
bikit potensial (Vh)
menjadi kurang daripada tinggi bukit potensial tegangan (Vho). Dengan berkurangnya tinggi bukit potensial,
electron dari bagian -n dan lubang dari bagian p mudah menyebrang, sehingga
terjadi aliran listrik.
Gambar 4.6 sebaran potensial listrik jika dioda diberi
panjar maju. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Jika kutub baterai positif dihubungkan dengan bagian n dan kutub baterai
negatif dengan bagian p, diakatakan sambungan p-n diberi panjar mundur. Distribusi potensial sambugan p-n dengan tegangan mundur nampak
seperti pada gambar 4.7.
Dengan adanya panjar mundur pada sambungan pn, bukit potensial bertambah tinggi, sehingga muatan ekstrinsik
(elektron dalam jenis-n dan lubang dalam jenis-p) susah mengalir, karena tak
punya cukup tenaga untuk mengatasi bukit potensial. Daptlakh disimpulkan bahwa
suatu sambungan p-n akan mengalirkan
arus apabila di beri tegangan maju dan susah mengalirkan arus nila diberi
tegangan mundur. Ini adalah sifat dioda. Ternyata peninggian bukit potensial
ini diikuti dengan pelebaran daerha pengosongan pada sambungan pn. Peristiwa terakhir ini dimanfaatkan
pada dioda varikap dan pada transistor efek medan (FET).
Gambar 4.7 sebaran potensial pada sambungan pn dengan panjar mundur
(Sutrisno, 1986)
2) Ciri
Dioda Sambungan p-n
Ciri (karakteristik) dioda adalah hubungan antara arus
dioda dan beda tegangan antara kedua ujung dioda. Untuk dioda sambungan p-n,
lengkung cirinya adalah seperti pada gambar 4.8.
Gambar 4.8 Lengkung ciri dioda. Sumber: (Sutrisno,
1986)
Pada lengkung ciri dioda arus
diode iD = 0 jika vD = 0. Ini sesuai dengan
yang sudah dibahas sebelumnya, yaitu pada keadaan tanpa tegangan (vD = 0) arus minoritas dan
arus mayoritas mempunyai besar sama tetapi arah yang berlawanan, sehingga arus
total pada keadaan tanpa tegangan panjar sama dengan nol.
Jika diode diberi tegangan
maju, yaitu vD > 0,
arus iD mula-mula
mempunyai nilai iD
0, sehinga vD
= Vpotong, setelah mana arus diode naik dengan cepatnya terhadap
perubahan tegangan diode vD.
Untuk diode germanium Vpotong
0.3 V. pada tegangan mundur arus yang mengalir
amat kecil, dan sampai batas-batas tertentu tak bergantung pada tegangan diode.
Arus ini terdiri dari arus pembawa muatan minoritas, mengalir dari anoda ke
katoda, dan disebut arus penjenuhan diode. Pada tegangan mundur tertentu
lengkung ciri turun dengan curam, dikatakan terjadi kedadalan (breakdown).
Tegangan mundur pada keadaan
itu disebut tegangan dadal atau tegangan balik puncak (peak inverse voltage- PIV). Diode penyearah ada yang mempunyai
Vpiv = 50 V, 100 V, 200 V,
hingga beberapa kilo volt. (Sutrisno, 1986)
3) Persamaan
Dioda
Pada tegangan maju bukit potensial sambungan p-n berkurang yaitu menjadi
Vh = Vho – V
Vho = tinggi bukit potensial tanpa panjar
V
= beda tegangan pada
dioda
Sesuai dengan statistik Boltzman, banyaknya elektron
pada bagian P yang mempunyai energi
diatas Vh sebanding dengan
e-qVh/kT, atau secara
matematik:
np = nn e-qVh/kT
nn = rapat elektron dari bagian n
q = muatan elektron
k= ketetapan Boltzmann
T= suhu dalam kelvin
Begitu juga halnya dengan lubang. Jika rapat lubang
pada bagian p adalah pp maka rapat lubang Pn yang dapat berdifusi ke bagian n adalah
Pp = Pp e-qVh/kT
Arus yang disebabkan difusi pembawa muatan np dan muatan pn disebut arus injeksi.
Besar arus injeksi II
ialah:
II = K (np + pn)
= K (Nd +
Na) e-qVh/kT
Nd = rapat atom donor
Na = rapat atom akseptor
Karena Nd
dan Na merupakan
tetapan, arus injeksi II
dapatlah ditulis sebagai
II = K’ e-qVh/kT
= K’ e-q(Vho + V)/kT (4.1)
Kita dapat menyatakan tetapan K’ dengan arus penjenuhan Is,
yaitu arus yang mengalir jika dioda diberi tegangan mundur. Kita tahu bahwa
tanpa tegangan arus dioda adalah nol, karena pada keadaan ini arus injeksi sama
dengan arus penjenuhan, tetapi berlawanan arah. Hal ini berarti
II (V=0) = - Is
= K’ e-qVho/kT atau K’
= - Is eqVho/kT
Akibatnya persamaan (4.1) dapat ditulis sebagai
II
= - Is eqVho/kT e-qVho/kT
atau II = - Is eqVho/kT (4.2)
Arus total yang mengalir dalam keadaan tegangan maju
adalah
I
= II + Is
= - Is (eqVho/kT – 1) (4.3)
Persamaan 4.3 disebut persamaan dioda, dan memberikan
bentuk fungsi teoritis untuk ciri dioda dengan tegangan maju. Jika dibandingkan
dengan lengkung ciri dioda yang sebenarnya ada beberapa penyimpangan. Ini
ditunjukkan pada gambar 4.9.
Gambar 4.9 Lengkungan ciri dioda. Lengkung teori:
garis penuh, Lengkung sebenarnya: garis putus-putus. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Gambar 4.10 Suatu rangkaian setara untuk dioda.
Sumber: (Sutrisno, 1986)
Pada tegangan maju lingkungan ciri sebenarnya lebih
condong daripada lengkungan teori, sebab hambatan oleh kebocoran arus melalui
perduktor dalam dioda, yang dapat dibayangkan sebagai suatu hambatan Rs
Nilai Rs kira-kira 10 ῼ.
Penyimpanan berikutnya adalah untuk tegangan mundur,
lengkungan ciri dioda lebih condong daripada lengkungan teori, sebab hambatan
oleh kebocoran arus melalui permukaan dioda. Hambatan ini dapat dibayangkan
sebagai suatu hambatan Rsh yang dipasang pararel dengan
dioda.pengaruh Rs dan Rsh dilukiskan pada gambar 4.10.
Hambatan Rsh mempunyai nilai 100 k ῼ atau
lebih. Penyimpangan ketiga adalah adnya kedadalan pada ciri mundur. Peristiwa
ini akah dibahas kemudian dalam pembahasan mengenai dioda Zener. (Sutrisno, 1986)
4) Pengaruh
Suhu pada lengkung ciri Dioda
Perubahan suhu menyebabkan terjadinya perubahan bentuk lengkung ciri
seperti ditunjukkan pada gambar 4.11.
Tampak pengaruh suhu terhadap lengkungan ciri dioda terdapat pada
tegangan potong dan pada arus penjenuhan. Jika suhu dinaikkan, tegangan
berkurang, tetapi arus penjenuhan bertambah, dan kemiringan lengkung ciri pada
tegangan mundur pun bertambah. Pengaruh suhu oleh fungsi eksponensial eqVho/kT yang berasal dari
arus injeksilah tidaklah terlalu besar.
Gambar 4.11 Pengaruh suhu pada lengkung ciri dioda: T2
> T1 > T0. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Kenikan suhu menaikkan pula iksitasi termik, sehingga
rapat elektron intrinsik ni
bertambah. Dengan terjadinya rekomendasi, berlakulah hubungan pn=pi2
dengan p adalah rapat lubang
ekstrinsik. Akibatnya pada bagian n berlaku
Pn =
(4.4)
dan pada bagian p
berlaku
np =
(4.5)
maka rapat arus penjenuhan
Js
C(pn + np)
= Cni2
2 (4.6)
C
dan C adalah tetapan.
Akan tetapi pada suhu T
2 = B2T3
e-Eg/kT
B
adalah tetapan,
dan Eg adalah lebar celah pita.
Laju perubahan Js
terhadap suhu dapat diperoleh dengan mengambil diferensial Js (T) terhadap suhu T,
( C B2T3 e-Eg/kT)
= C B2(
+
) T3 e-Eg/kT (4.7)
Perubahan relatif Js terhadap suhu menjadi
Untuk germanium pada 300oK
Dengan Eg
= 0.68 eV = (0.68) (q) joule, dan q
adalah muatan elektron maka,
Pada suhu T = 300oK
Sehingga perubahan relatif arus penjenuhan:
= 300oK
=
Untuk silikon pada suhu 300oK dengan Eg = 1.1 eV, laju perubahan relatif Js
adalah:
= 300oK
= 0.16 = 16%
Tampak untuk germanium aetiap perubahan suhu sebesar
10oC menyebabkan perubahan Js
sebesar 100% ataupun perubahan arus penjenuhan menjadi dua kali
lipat. Untuk silikon arus penjenuhan menjadi dua kali lipat untuk kenaikan 6oC.
(Sutrisno, 1986)
5) Garis
beban pada rangkaian dioda
Amatilah rangkaian pada gambar 4.12 jika pada rangkaian diberi tegangan
VDD ada hambatan sebesar RL, bagaimanakah kita menentukan
iD dan tegangan vD ? satu cara yang dapat
ditempuh adalah dengan menggunakan lengkung ciri dioda seperti pada gambar 4.13
yaitu harus iD dinyatakan
sebagai fungsi vD .
Gambar 4.12 suatu rangkaian dioda Gambar
4.13 lengkung ciri dioda
Sumber: (Sutrisno, 1986)
Kita perlu atu informasi lagi yang dapat kita perolehdengan hukum
kirchoff pada rangkaian (gambar 4.12).
VDD = vD + iD RL
atau
iD = -
+
persamaan 4.8 menyatakan garis lurus
dengan kemiringan = -
memotong sumbu vD = VDD dan sumbu iD pada nilai iD = IA =
, garis ini disebut garis beban.
Titik potong antara garis beban dan lengkung ciri dioda menyatakan arus dan
tegangan dioda (gambar 4.14). jika VDD tetap dan RL
diubah,kemiringan garis beban akan berubah seperti gambar 4.15.
Gambar 4.14 titik potong
garis beban dengan lengkung ciri memberikan nilai iD dan vD
yang berlaku. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Gambar 4.15. garis beban untuk satu
nilai VDD dan berbagai harga RL. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Gambar 4.16 RL
tetap, VDD berubah. Sumber:
(Sutrisno, 1986)
Dekat dengan Vpotong tanggapan
dioda tidaklah linier dan dan disebut daerah aturan kuadrat pada arus dioda
tinggi lengkungan ciri dioda tampak seperti garis lurus (sebetulnya
eksponensial).daerah ini disebut daerah linier. Nyatalah untuk beroperasi pada
daerah linier nilai RL harus kecil.
Bagaimana bentuk garis beban jika RL tetap , akan tetapi
VDD berubah? (gmbar 4.16) Karena RL tetap, kemiringan
garis beban tak berubah. Kita dapatkan garis-garis beban sejajar seperti pada
gmbar 4.17.
Gambar 4.17 garis beban untukharga RL dengan VDD yang
berlainan. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Pada keadaan tegangan mundur dengan
VDD < PIV arus yang mengalir adalah arus-arus penjenuhan dengan nilai kecil
sekali (
),
garis beban memotong lengkung ciri pada titik
q4, dengan arus mundur I(q4). Arus ini adalah arus pembawa
muatan intrinsik yang timbul oleh dadalnya ikatan kovalen silikikon di dalam
daerah penggosongan.
6)
Penyearahan
Arus bolak-balik
Misalkan sumber tegangan VDD diganti dengan sumber tegangan
bolak-balik (gambar 4.18). bentuk isyarat keluaran dapat diperoleh secara
grafik seperti pada gambar 4.19.
Gambar 4.18. dioda pada
rangkaian AC. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Pada saat t2, VDD = Vp,
arus dioda id(t) ditentukan oleh titik q2. Untuk
mendapatkan V0 (t2) kita buat grafik id terhadadap V0,
dan diperoleh bentuk isyarat keluaran.pada waktu isyarat maukan vt negatif
garis beban memotong lengkung ciri pada q3 dengan arus dioda i
0 , sehingga tegangan keluaran V0
. Tampak isyarat keluaran hanya
mempunyai nilai posistif saja.
Perhatikan bahwa untuk tegangan
masukan Vi ( (tegangan potong), tak ada tegangan keluaran, karena arus maju pad
vD <0,7 V (Si) sangat kecil. Disamping itu tegangan keluaran pada daerah ini
cacad karena lengkung
Gambar 4.19 cara grafik
untuk menentukan bentuk isyarat keluaran. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Berbentuk tidak linier (daerah kuadrat) . untuk mendapat tegangan
keluaran yang benar-benar merupakan bagian positif. Pada isyarat masukan diperlukan
dioda dengan ciriseperti pada gambar 4.20.
Gambar 4.20 isyarat
keluaran pada dioda ideal. Sumber:
(Sutrisno, 1986)
Dari pebahasan diatas nyatalah jika
pada gambar 4.18, bentuk isyarat keluaran dan masukan nampak seperti pada
gambar 4.21 ( untuk dioda ideal)
Gambar 4.21 penyearah
setengah gelombang dengan dioda ideal. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Penyearah diatas disebut penyearah setengah gelombang.
Kita dapat memperoleh penyearah
gelombang penuh dengan dua cara, cara pertama memerlukan transformator dengan
sadapan pusat (center tap-CT) seperti ditunjuk pada gambar 4.22 . penyearah
seperti ini disebut penyearah gelombang penuh.
Gambar 4.22 Aliran arus pada penyearah gelombang penuh, jika
isyarat masuk positif. Sumber:
(Sutrisno, 1986)
Jika isyarat masukan positif, arus
akan melalui dioda D1 dan mengalir seperti pada gambar 4.22 . jika isyarat
masukan negatif, diona d2 menghantar dan jalan arus seperti pada gambar 4.23.
Gambar 4.23 Aliran arus pada penyearah gelombang penuh, jika
isyarat masuk positif. Sumber:
(Sutrisno, 1986)
Tampak arus dioda mengalir di RL
dari atas ke bawah, yaitu memberikan isyarat keluaran positif. Jika dioda
dibalik, isyarat akan negatif sepertiditunjukkan pada gambar 4.24.
Gambar 4.24 penyearah gelombang penuh dengan keluaran negative. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Cara lain untuk mendapatkan keluaran
gelombang penuhadalah dengan menggunakan empat dioada seperti pada gambar 4.25.
penyearah seperti hal ini disebut penyearah jembatan. Jika isyarat positif arus
terlihat seperti pada gamabar 4.25 dengan D1 dan D2
mengahantar. Jika isyarat masukan sedang negatif, arah arus nampak seperti pada
gambar 4.26, denga dioda D3 dan D4 mengahantar
Gambar. 4.25 aliranarus
pada penyearah jembatan jika isyarat masukan positif. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Gambar 4.26 aliran arus
pada penyearah jembatanjikaisyarat negative. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Untuk penyearh jembatan, tampak
transformasi tak memerlukan adanya CT. Bahkan bila dioda yang digunakan
mempunyai kemampuan tegangan yang cukup, tanpa transformator pun penyearah ini
dapat digunakan.
Untuk mendapat teganagan arus seaah
positif dan negatif dapat digunakan rangkaian sepeti pada gamabar 4.27.
Gambar 4.27 penyearah
jembatan untuk menghasilkan isyarat keluaran positif dan negative. Sumber: (Sutrisno, 1986)
7)
Penyearah
dengan tapis
Agar tegangan dc yang dihasilkan penyearah arus bolak-balik dapat
lebih rata, digunakan tapis lolos rendah dengan menggunkn kapasitor seperti
pada gambar 4.28.
Gambar 4.28 penyearah
bertapis. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Gambar 4.29 menunjukan bentuk tegangan dc V0 jika C tak
dipasang (dilepas) dan bila kapasitor C dipasang. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Dengan adanya C, tegangan keluaran
tak segera turun walaupun tegangan asukan sudah turun. Hal ini disebabkan
karena kapasitor memerlukan waktu ( T = RC) untuk menggosokan muatannya.
Sebelum tegngan pada kapasitor turun banyak, tegangan pada kapasitor keburu
naik lagi. Tegangan yang berubah terjadi disebut tegangan riak, dengan nilai
puncak ke puncak dinyatakan sebagai Vrpp. Kualitas rangkain tapis dintakan oleh
nisbah riah puncak-k-puncak .
Jadi pprr =
Marilah kita coba menurunkan secara kasarhubungan antara Vrpp
dengan Vp, dan frekuensi tegangan arus bolak-balik f. Untuk menentukan
Vrpp secara kasar perhatikan gambar 4.30.
Gambar 4.30 Cara kasar untuk menentukan Vrpp. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Secara kasar lengkung penggosongan
muatan pada kapasitor dapt kita gantikan dengan garis singgung pada t = 0 .
garis singgung ini mempunyai kemiringan
∕ t = 0
(vpe-t/RLc)
Sehingga
= RLC.
Dari gambar dapatlah dilihat
=
atau
Vrpp
=
Vp (untuk gelombang penuh)
Untuk setengah gelombang
Vrpp =
Vp
8)
rangkaian
setara dioda
Dalam membalas rangkain yang
mengandung dioda, kita seringkali dapat menggantikan dioda dengan suatu
rangkaian setara. Ada dua macam rangaian setara:
1)
rangkaian
setara dc untuk isyarat besar.
2)
rangkaian
setara ac atau rangkaian setara isyarat kecil.
Rangkaian setara dc.
Pada gambar 4.31 untuk arus 6 mA ciri maju untuk dioda dapat digantikan
dengan garis lurus A. Pada keadaan hambatan ini dioda jika diukur dengan
ohmmeter adalah.
RF =
= 83 Ω
rF =
= 200 Ω
Gambar 4.31 Hambatan dc diode adalah
kebalikan kemiringan garis putus-putus. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Jika diberi tegangan panjar mundur hambatan dioda Rb dapat
dinyatakan sebgai kebalikan kemiringan garis lurus B, yang untuk arus mundur
lebih dari 5 mempunyai hambatan. Jadi untuk tegangan maju, dioada dapat
dipandang sebagai resistor dengan hambat rp, dan pada tegangan panjar mudur
dipandai sebagai resistor dengan hambatan rB , ini dilukiskan pada gambar 4.32.
Gambar 4.32 rangkaian
setara diode. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Dengan memberi tegangan panjar mundur atau mundur dioda dapat
digunakan sebagai saklar. Penggunaan dioda untuk membentuk gelombang mudah
dipahami dengan gambar diatas. Penggunting teropanjar . sebagai penerapan
pengertian rangkai setara dc. Marilah kita tinjau ragkaian penggunting
terpanjar sebagaimana ditunjukan pada gmabar 4.33
Gambar 4.33 (a) rangkaian
penggunting terpanjar (b) rangkaian setara terpanjar maju (c) rangkaian setara
terpanjar mundur. Sumber: (Sutrisno, 1986)
9)
Rangkai setara ac
Untuk isyarat ac kecil yang menumpang pada tegangan searah maju
harus kita gunakan gambaran yang lain untuk dioda .ini ditunjukn pada gambar
4.35.
Gambar
4.35 tegangan diode terhadap isyarat kecil. Sumber: (Sutrisno, 1986)
iD = ID (q)+ id
vD= VD (q)= vd
VD (Q)= vd
VD (q) adalah
nilai vD jika tidak ada isyarat vD
q= titik kerja (vd=0)
Hubungan
antara id dan vd dapat dinyatakan oleh kemiringan garis singgung lengkung ciri
pada titik q. atau id = gf vd ; dengan gf = konduktansi maju isyarat kecil.
Kebalikan
gf disebut hambatan maju isyarat kecil.
rf =
=
/(q)
untuk
lengkung cirri dioda berdasar teori gf =
dapat dihitung.
Persamaan
diode memberikan:
iD = -Is (
.
= Is(
)
=
(-Is
)
(q)
Untuk T= 300
k (suhu kamar)
= 40 (volt)
sehingga gf = 40 (q) atau rf =
jika
(q)
dinyatakan dalam mA,
rf
=
=
ohm
sebagai contoh jika diode diberi arus
panjar
(q)= 2Ma, maka hambatan isyarat kecil rf =
=
12,5
.
Agar peristiwa diatas lebih jelas, kita
amati gambar 4.36.
Pada gambar 4.36 nampak kapasitor C1
untuk menyekat arus isyarat is(t) dari arus tenang
(q), dan C2 untuk menyekat tegangan
isyarat kecil vd(t) dari tegangan tenang (dc)
(q).
Hambatan isyarat kecil diode adalah rd =
Hambatan setara dc pada keadaan maju
adalah rf =
Gambar 4.36 pengertian hambatan isyarat kecil (a) rangkaian
untuk menentukan hambatan-hambatan isyarat kecil (b) lengkung cirri dioda untuk
menentukan r d =
. Sumber: (Sutrisno, 1986)
10)
Rangkaian pembentuk
gelombang
Sebelum kita membahas rangkaian
penggunting berpanjar. Di sini akan dibahas beberapa buah rangkaian lain yang
sering digunakan untuk membuat bentuk gelombang yang di inginkan.
a)
Rangkaian penggunting.
Ada beberapa jenis rangkaian
penggunting, yaitu pengguntingdioda seri, penggunting diode sejajar,
penggunting terpanjar, dan penggaris.
Ø
Penggunting Diode Seri
Rangkaian penggunting
diode seri ditunjukan pada gambar 4.37.
Gambar 4.37 penggunting diode seri yang membuang bagian negative
dari
.
Sumber: (Sutrisno, 1986)
Bentuk tegangan keluaran
pada gambar 4.37 adalah untuk diode ideal,
yaitu jika arus penjenuhan dan tegangan potong pada dioda diabaikan. Untuk
dioda semikonduktor, silicon, tegangan potong mempunyai nilai kira-kira 0,6 V,
dan pada dioda germanium bernilai kira-kira 0,3 V. dengan adanya tegangan
potong bentuk gelombang dapat kita ramalkan sebagai berikut ( lihat gambar
4.38).
Gambar
4.38 pembentukan gelombang dengan diode.
Sumber: (Sutrisno, 1986)
Tampak tegangan keluaran menjadi kurang
dari tegangan masukan karena adanya tegangan potong dank arena kecondongan ciri
static diode. Makin besar nilai
makin condong garis beban, dan diode akan
beroperasi pada daerah arus kecil, yaitu daerah tak linier dekat dengan
tegangan potong. Bentuk tegangan keluaran akan mengalami cacad. Nilai
menentukan arus yang melalui dioda dan harus
dipilih agar arus kurang dari arus maksimum dioda.
Ø Penggunting dioda
sejajar
Bentuk
rangkaian penggunting dioda sejajar adalah seperti pada gambar 4.39
Gambar
4.39 rangkaian penggunting diode sejajar. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Resistor
dan dioda D membentuk suatu pembagi tegangan.
Hambatan diode rD kecil jika anoda positif, dan bernilai besar jika anoda
negative. Akibatnya perlu diperhatikan bahwa pada saat anoda positif , arus
sebesar
seluruhnya melalui dioda. Jelas
mesti dipilih agar arus dioda tak melebihi
batas maksimum, resistor yang boleh dipasang pada keluaran parallel dengan
dioda, harus mempunyai nilai jauh lebih besar daripada nilai hambatan mundur
daripada dioda, agar tegangan keluaran tak berpengaruh oleh hambatan ini
Ø Pengiris
Jika
pada rangkaian penggunting terpanjar kekutuban baterai kita balikkan, maka kita
peroleh rangkaian pengiris seperti pada gambar 4.40
Gambar
4.40 rangkaian pengiris. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Ø Penggunting dioda zener
Dengan
dioda zener kita dapat membuat
penggunting terpanjar tanpa baterai. Rangkaian yang digunakan adalah seperti
pada gambar 4.40.
Gambar
4.41 penggunting dioda zener. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Ø Pengapit diode.
Suatu
rangkaian pengapit adalah rangkaian yang dapat membuat agar puncak tegangan
bolak-balik berada pada suatu tingkat tertentu. Rangkaian ini juga dikenal
dengan nama pemulih dc atau pemuli garis dasar. Suatu rangkaian pengapit dioda
yang sederhana ditunjukan pada gambar 4.42.
Gambar.4.42
pengapit diode. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Bagaimana ini dapat terjadi adalah
sebagai berikut ( lihat gambar 4.43):
Gambar
4.43 kerja pengapit diode. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Pada t = 0 isyarat masukan tiba-tiba
berubah positif . diode mendapat tegangan panjar maju sehingga mempunyai
hambatan
yang rendah (
. Arus transien akan naik dengan segera,
dan kemudian turun dengan tetapan waktu
.
pada saat yang sama kapasitor C terisi hingga mempunyai beda tegangan sebesar
Vm. Pada t = 1 ms+ tegangan masukan tiba-tiba berubah menjadi negatif. Tegangan
panjar pada dioda menjadi mundur, dan hambatan dioda
berubah menjadi besar (
Dari gambar 4.43 (d) tampak
=
-2
Tegangan
=
-2
ini akan berkurang karena kapasitor bocor
dengan tetapan waktu
=
c. pada t = 2 ms+ tegangan kapasitor
sedikit lebih kecil dari
, sehingga
]
2
Tampak bahwa dengan pengapit dioda kita
telah membuat puncak isyarat masukan pada 0 V atau pada garis dasar ( base line
).
Ø
Pengapit bertegangan panjar perhatikan gambar 4.44.
Gambar 4.44 rangkaian untuk membuat agar isyarat keluaran
terapit pada bagian bawah. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Dengan
membalikan dioda pada gambar 4.42 kita dapatkan tingkat dc pada keluaran naik,
sehingga bagian bawah isyarat terapit pada V=0. Dengan menggunakan rangkaian
seperti pada gambar 4.45 kita dapat membuat apitan pada suatu nilai tegangan
yang positif.
Gambar 4.45 (a) rangkaian pengapit terpanjar dengan tegangan
positif.
(b) dasar
(t) terapit pada
> 0. Sumber:
(Sutrisno, 1986)
Ø Pelipat dua tegangan.
Dengan menggunakan
rangkaian seperti pada gambar 4.46 dapat kita peroleh tegangan keluaran searah
dua kali nilai puncak tegangan masukan.
Gambar 4.46 (a) rangkaian (b) dilukiskan
sebagai pengapit bertegangan panjar.
Pada gambar 4.46 (b) rangkaian (a)
dilukiskan sehingga gabungan dioda
dan
tampak sebagai penyearah setengah gelombang
bertapiskan kapasitor
. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Gambar 4.47 (a)
(t) Tegangan masukan (b)
(t) (c)
(t). Sumber: (Sutrisno, 1986)
Kita dapat membuat pelipat dua tegangan
yang lebih baik dengan menggunakan rangkaian seperti pada gambar 4.48.
Gambar 4.48 (a) rangkaian pelipat dua (b) bentuk isyarat. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Tampak bahwa dengan rangkaian ini kita
peroleh tegangan keluaran
yang rata. Perbedaan antara rangkaian pada
gambar 4.47 dan 4.48 adalah bahwa pada gambar 4.47 dioda
bekerja sebagai penyearah setengah gelombang
bertapis, dan dioda
bekerja sebagai suatu pengapit bertegangan
panjar. Pada gambar 4.48 dioda
bekerja sebagai pengapit dan
bekerja sebagai penyearah atau lebih tepat
sebagai saklar pengisi kapasitor
. Jika
<
saklar dioda
mati, sedang jika
>
saklar dioda
terpasang.
Rangkaian
pada gambar 4.47 dapat ditambah dengan sebuah dioda dan sebuah kapasitor lagi membentuk rangkaian pelipat tiga
tegangan, seperti ditunjukan pada gambar 4.49.
Gambar 4.49 (a) rangkaian pelipat tiga tegangan (b) bentuk
tegangan. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Tampak pada gambar dioda
bekerja sebagai penyearah bertapis kapasitor
,
bekerja sebagai pengapit terpanjar sebesar
, dan dioda
bekerja sebagai saklar untuk mengisi kapasitor
.
Dengan
menambah dua buah dioda dan dua buah kapasitor pada rangkaian pelipat dua pada
gambar 4.48 kita dapat membuat rangkaian pelipat empat tegangan ini ditunjukan
pada gambar 4.50.
Gambar 4.50 (a) rangkaian pelipat empat tegangan. (b) bentuk
tegangan. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Pada rangkaian ini
bekerja sebagai pengapit menghasilkan tegangan
dan
bekerja sebagai saklar mengisi kapasitor
menghasilkan tegangan
selanjutnya
bekerja sebagai pengapit bertegangan panjar
sebesar 2
menghasilkan tegangan
dan
bekerja sebagai saklar mengisi kapasitor
, menghasilkan tegangan
rangkaian di atas dapat diteruskan untuk
membuat pelipat –n, jika n genap kita
harus mulai dengan mengapit, dan jika n ganjil
kita mulai jaringan tangga dioda dengan suatu penyearah setengah gelombang
bertapis.
11) Kapasitansi sambungan p-n
Pada sambungan p-n terjadi daerah pengosongan dimana tidak ada
pembawa muatan bebas. Di dalam daerah pengosongan terdapat medan listrik,
sehingga daerah ini berupa kapasitor yang berisi muatan. Ini dilukiskan pada
gambar 4.51
Gambar 4.51 sambungan dioda (a) daerah pengosongan (b0 sebaran
rapat muatan , (c) sebaran medan listrik (d) sebaran potensial. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Dapat ditunjukan bahwa:
(1)
q
= q
agar netral .
(2)
= (
)
(3)
=
(
)
€
= permitivitas listrik
Hubungan
di atas dapat diartikan sebagai berikut :
(1)
=
yaitu makin besar
maka
makin sempit .
(2)
Dan (3)
=
+
untuk tegangan panjar mundur.
=
-
untuk tegangan panjar maju.
Pada
keadaan tegangan panjar mundur daerah pengosongan melebar. Kapasitansi
sambungan
Kapasitansi
sambungan dapat ditentukan sebagai berikut :
C=
=
= (
)
Kapasitansi
sambungan mengganggu pada operasi dengan isyarat frekuensi tinggi.
Gambar
4.52 (a) dioda untuk mengesan tegangan rf
, (b)
kapasitansi sambungan. Pada frekuensi tinggi
berpengaruh pada keadaan tegangan mundur waktu
hambatan dioda besar. Pada frekuensi tinggi
amat kecil sehingga dalam keadaan tegangan
panjar mundur terjadi bocoran melalui
. Dioda pada tegangan mundur dapat
dinyatakan sebagai kapasitor yang nilai kapasitasnya dapat diatur dengan
tegangan panjar (gambar 4.53).
Dioda
yang khusus untuk maksud ini disebut dioda varaktor atau dioda varikap.
12) Dioda zener
Jika tegangan mundur
pada dioda p-n diperbesar, pada suatu nilai tegangan maka
arus mundur naik dengan cepat sekali, seperti pada gambar 4.54. tegangan mundur
yang terjadi disebut tegangan bailik, puncak (PIV). Peristiwa ini terjadi
karena dadalnya ikatan kovalen silicon di dalam daerah pengosongan pada
sambungan p-n ada dua mekanisme kedadalan :
Gambar 4.54 Kurva
Dioda Zener. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Pada
keadaan zener, medan listrik yang tinggi dalam daerah pengosongan menyebabkan
electron pada ikatan kovalen lepas menjadi electron bebas. Pada mekanisme ini
tegangan dadal (PIV) berkurang dengan naiknya suhu. Mekanisme dadal town send,
terjadi karena electron bebas mendapat percepatan cukup tinggi, sehingga jika
menumbuk atom akan terjadi electron bebas. Pada mekanisme yang terakhir ini
tegangan dadal bertambah jika suhu naik. Tegangan dadal dapat diatur dengan
mengubah konsentrasi . donor dan akseptor.
Dioda
yang digunakan pada daerah dadal disebut dioda
zener . diode ini digunakan untuk pengaturan tegangan, agar sumber tegangan
searah tak berubah tegangan keluarnya jika diambil arusnya (dibebani) dalam
batas-batas tertentu , dioda zener dibuat agar mempunyai teganga dadal (disebut
tegangan zener) pada nilai tertentu antara 3 V dan 100 V.
Parameter dioda zener
Beberapa
parameter dioda zener yang penting adalah :
(1) Tegangan
dadal
(2) Koefisien
suhu (perubahan tegangan zener terhadap suhu)
(3) Kemampuan
daya (lepasan daya maksimum).
(4) Hambatan
isyarat kecil
,
yaitu hambatan zener terhadap perubahan tegangan kecil, atau untuk isyarat ac kecil.
Dioda zener dengan tegangan zener diatas 6 V mempunyai koefisien
suhu positif dan dibawah 6 V koefisien suhu negative. Koefisien suhu minimum
terjadi pada zener 6 V untuk arus 40 mA. Begitu pula hambatan isyarat kecil
yang menyatakan kebalikan kemiringan lengkung
cirri dioda zener pada keadaan dadal juga berubah dengan tegangan zener. Kedua
hal ini dilukiskan pada gambar 4.55 dan 4.56.
Gambar 4.55 Koefisien suhu untuk suatu diode Zener (1N746). Sumber: (Sutrisno, 1986)
Gambar 4.55 dapat diartikan sebagai
berikut :
Untuk
=
6 V (
= 40 mA). Koefisien suhu = 0, yaitu
tak berubah dengan suhu. Untuk zener 6 V yang
dialiri arus 5 mA koefisien suhu kira-kira +1 mv /⁰C, yaitu jika suhu naik 10⁰C
tegangan zener naik 10 mv.
Pada gambar 4.56 dapat dibaca bahwa
hambatan zener untuk 6 V berubah dengan arus, kira-kira 3
=
40 mA hingga 25 Ω
Untu
=
5 mA. Ini diartikan seperti pada gambar 4.58, yaitu makin besar arus
makin curam lengkung V- I.
13) Dioda
zener untuk pengaturan tegangan
Tegangan keluaran
penyearah gelombang penuh dengan tapis pada keadaan beban ringan (arus beban
kecil atau
besar ) adalah seperti pada gambar 4.58a.
Gambar 4.58 (a) tegangan keluaran
pada beban ringan (b) tegangan keluaran
(
arus beban
besar,
kecil.
Sumber: (Sutrisno, 1986)
Tampak
bahwa :
(a)
turun jika arus beban
diperbesar.
(b)
Tegangan riak membesar dengan arus beban
atau jika
seperti telah dibahas yaitu
=
Riak
dapat diperkecil dengan menggunakan kapasitansi yang besar pada beban arus yang
besar. Akan tetapi penurunan tegangan searah pada arus beban besar tetap
terjadi. Penyearah di atas dikatakan tidak mempunyai pngaturan tegangan.
Suatu
penyearah dengan pengaturan tegangan , mempunyai tegangan keluaran yang tetap
jika diberi beban arus dalam batas tertentu. Tanpa pengaturan, penurunan,
tegangan keluaran oleh arus beban terjadi karena penyearah mempunyai hambatan
dalam yang terdiri dari hambatan gulungan transformator dan hambatan dalam
dioda. Pada arus beban yang besar terjadi jatuh tegangan pada hambatan dalam
ini sehingga tegangan keluaran berkurang (gambar 4.59).
Gambar 4.59 Vo turun oleh karena jatuh tegangan pada Ro. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Gambar 4.60 Lengkung Pembebanan. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Nilai hambatan keluaran
dapat ditentukan dengan mengukur
sebagai f ungsi arus beban
, hal ini dapat dilihat pada lengkung pembebanan dalam gambar 4.60.
kemiringan grafik lengkung pembebanan tak lain adalah hambatan keluaran
.
Pengaturan
tegangan dapat dibuat dengan menggunakan dioda zener. Ini dilakukan seperti
pada gambar 4.61
Gambar 4.61 Catu daya dengan pengatur
Zener. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Dengan membuat
lebih besar dari tegangan zener, maka dioda
zener bekerja pada derah dadal sehingga tegangan keluaran tetap untuk berbagai
nilai arus beban, selama
tidak kurang dari 12 V.
Dari gambar 4.61, tampak.
=
=
Sehingga
=
=
-
=
-
-
Atau
=
-
Persamaan
diatas adalah persamaan garis beban untuk dioda zener kita. Ini dilukiskan pada
gambar 4.62.
Gambar 4.62 Garis beban pada catu daya
dengan pengatur Zener. Sumber: (Sutrisno, 1986)
Tampaklah jika
=
0,seluruh arus
mengalir pada dioda . pada keadaan ini dioda
zener menjadi panan sebab pada dioda terjadi lesapan daya sebesar
=
. Kita harus pilih nilai
agar lesapan daya ini tidak melebihi kemampuan
daya dioda zener yang digunakan. Marilah kita tentukan berapa nilai
yang harus dipasang agar kita mempunyai catu
daya dengan pengaturan zener yang keluarannya 12 V serta arus beban sampai 50 Ma
Pada keadaan beban penuh kita ingin agar
arus zener
=
10 Ma
Yaitu agar titik operasi kita tak terlalu
dekat dengan lutut cirri dioda pada keadaan dadal sehingga kita mempunyai
hambatan isyarat yang kecil. Akibatnya
=
+
maks (beban penuh).
= 10 mA +50 mA=60 Ma
Pada gambar 4.62.
-
= 17 V – 12 V = 5 V, sedang arus yang
mengalir melalui
yaitu
= 60 mA
Akibatnya
=
=
=
Ω
Lesapan daya pada resistor
adalah
(
)=
=(5V)(60mA)=300Mw=0,3W
Sehingga dapat digunakan resistor
watt.
Lesapan daya maksimum pada dioda zener
adalah:
(Z)=
=(12V)(60Ma)
=720 mw, yang terjadi jika arus beban
=0,sehingga seluruh arus
mengalir melalui zener.
Apa yang terjadi jika arus
>60mA
Jika ini terjadi maka
=
-
<
dan tegangan keluaran akan turun oleh karena
jatuh tegangan
. Hal ini berarti catu daya tak lagi
berpengaturan untuk arus di atas 50 mA
Bentuk
lengkungan pembebanan untuk catu daya tersebut kira-kira adalah seperti pada
gambar 4.63
«
Gambar
4.63 Lengkung pada pembebanan catu daya dengan pengatur Zener. Sumber:
(Sutrisno, 1986)
Untuk IL <
50 mA ro = rz // Rs
rz
sebab disini rz « Rs
Untuk IL <
50 mA ro = rz // Rs
Rs
sebab disini rz
« Rs
(Sutrisno, 1986)
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka kami dapat
menyimpulkan:
1) Semikonduktor
adalah bahan dasar untuk komponen aktif dalam alat elektronika, digunakan
misalnya membuat diode, transistor, dan IC (Integrated Circuit). Yang disebut
terakhir merupakan komponen aktif yang berisi banyak transistor dan resistor
dalam sekeping kristal semikonduktor dengan ukuran dibawah 1 mm2.
2) Bahan
semikonduktor murni yang terbuat dari Si saja atau Ge saja disebut
semikonduktor intrinsik. Atom Si mempunyai elektron yang mengorbit
(mengelilingi) inti sebanyak 14 dan atom Ge mempunyai 32 elektron. Elektron
yang menempati orbit terluar disebut sebagai elektron valensi.
3) Campuran
bahan semikonduktor intrinsic dengan atom unsur kelompok V dalam susunan
berkala mengandung lebih banyak banyak electron darpada lubang, sehingga
pembawa muatan bebasnya bermuatan negative. Semikonduktor ektrinsik yang dibuat
dengan bahan ini disebut semikonduktor
jenis n. sebaliknya, campuran bahan semikonduktor intrinsic dengan atom
unsur dari kelompok III dalam susunan berkala mengandung lebih banyak lubang
daripada electron.
4) Elektron-elektron dalam atom yang terisolasi disusun dalam subkulit
menurut skema berikut: 1s2 2s2 2p5 3s2 3p2
Sebagaimana biasanya, superscript (yang dijumlahkan hingga 14, nomor atom
silikon) menyatakan banyanya elektron dalam subkulit yang ditentukan.
5)
Semikonduktor berada ditengah-tengah Konduktor dan
Isolator, dia dapat mengantarkan arus listrik tetapi tidak sebaik konduktor,
yang harus kita ketahui disini adalah bahwa Sifat konduktor dapat diubah dengan
mudah hanya dengan menambahkan atom tambahan (istilahnya diberi Doping),
penambahan sedikit saja dapat mempengaruhi struktur ikatan didalam
semikonduktor dan akibatnya dapat mengubah sifat semikonduktor tersebut. Sifat
itu pula lah yang akan menjadi dasar untuk pembentukan bahan berjenis N dan P.
6)
Dioda
adalah suatu komponen elektronik yang dapat melewati arus pada satu arah saja.
Ada berbagai macam dioda, yaitu dioda tabung, dioda sambungan p-n, dioda kontak
titik (Point-contact diode) dan
sebagainya. Dalam hal ini kita akan membatasi pembahasan pada dioda sambungan p-n, khususnya dioda penyearah, dioda
isyarat dan dioda zener.
B.
Saran
Berdasarkan pembahasan diatas, kami menyarankan kepada
pembaca supaya lebih memperbanyak lagi buku yang dibaca, agar tidak salah
dengan pengertian atau miskonsepsi mengenai materi yang telah dibahas diatas.
Daftar Pustaka
Deswardani, F., 2013. Karakterisasi Semikonduktor. 55-145-1-SM,
Volume II, pp. 269-275.
Handayani, W., 2014. Elektronika
1. Tangerang: Binarupa Aksara.
Malvino, A. P., 1981.
Prinsip-prinsip Elektronik. 2nd ed. Jakarta: Erlangga.
Sutrisno, 1986. ELEKTRONIKA
Teori dan penerapannya. Bandung: ITB.
Wahyusiswanto, 2016.
Prinsip Kerja Semikonduktor. Semikonduktor, Volume II, pp. 15-19.
Komentar
Posting Komentar